10. The Reason Behind That?

4K 136 11
                                    

"Sebelum membaca, absen pakai bulan lahir kamu!"

Maaf ya updatenya terlalu malam, haha ini jam 00.00 saat di update. Sorry!

Tolong penuhi komentar di setiap paragraf. Juga vote yang gratis di pojok kiri bawah. Don't be siders. Kalau kalian aktif, aku juga akan aktif update.

• Selamat Membaca •

•••

"Jadi selama ini lo bener-bener cuma nganggep gue pemuas nafsu lo doang?" Arini berkata datar setelah dirinya selesai 'merapihkan' dirinya.

Ragaz hanya berdehem tak peduli. Cowok itu dengan santai menghembuskan asap rokoknya ke langit-langit ruangan. Sepasang mantan kekasih itu baru saja selesai melakukan hubungan intim.

Tadi, saat Arini mengantarkan buku tulis yang telat ia kumpulkan ke ruang guru, karena cewek itu selesai mengerjakan tugasnya paling terakhir dikelasnya, cewek itu berpapasan dengan Ragaz di koridor saat berjalan kembali menuju kelasnya.

"Istirahat kedua, kantin lama. Gue tau lo sengaja nggak buka HP. Jangan macem-macem sama gue. Sekali gue sebar, habis hidup lo." Ragaz hanya mengucapkan itu tadi, lalu kembali melangkahkan kakinya, membuat Arini menahan emosinya dengan mengepalkan kedua tangannya erat.

"Gue punya salah apa si sama lo? Gue aja kenal sama lo belom ada setahun. Kenal aja karena lo deketin gue. Gue ada salah yang nggak gue tau sama lo?" lirih Arini pelan.

Ragaz hanya mengalihkan pandanganya sekilas pada sosok yang duduk di satu sofa dengannya, walaupun berjarak. Cewek itu sudah kembali memakai baju seragamnya. Sedangkan dirinya masih bertelanjang dada sembari merokok.

"Tanya sama abang lo, dia pernah ngelakuin hal apa di masa lalu," ujar Ragaz datar. Cowok tampan itu sepertinya benar-benar tidak punya perasaan apapun pada Arini. Ragaz justru jengah melihat bagaimana Arini yang terlihat sok sedih, sok banyak pikiran.

Kali ini ucapan Ragaz membuat Arini terganggu. Jelas saja, sejak kapan Ragaz tau kalau dirinya punya abang? Selama mereka berhubungan, jangankan membicarakan tentang keluarga masing-masing, mereka seolah tak punya waktu untuk berbicara santai berdua. Karena waktu mereka selalu dihabiskan dengan berhubungan intim.

Jadi, apa yang sebenarnya ia lewatkan?

"Gue udah ikhlas. Gue udah terima sama semua perbuatan lo ke gue. Gue udah rusak, Ragaz. Udah hancur. Udah nggak punya masa depan lagi. Pikiran gue udah kacau banget. Jadi, gue boleh minta penjelasan tentang apa yang sebenarnya nggak gue tau selama ini? Ada hubungannya sama abang gue?" tutur Arini memohon.

"Gue nggak tertarik sama hidup lo. Mau lo mati kek, terserah lo. Yang hancur hidup lo ini, bukan gue. Lo kalau mau tau, gue bilang tanya sama abang lo yang bangsat itu," balas Ragaz santai, kembali menghembuskan asap rokoknya ke depan.

TAK

Ragaz tersentak saat rokok yang dipegangnya terjatuh setelah sebuah tangan memukulnya dengan tiba-tiba.

"Maksud lo apa breng-"

"Jaga mulut lo, bajingan. Yang lo bilang bangsat itu abang gue," tukas Arini tajam. Netranya yang berkaca-kaca menatap penuh luka pada sosok iblis di hidupnya ini.

"Oh, sayang abang ceritanya, haha. Lo kalau tau kelakuan abang lo, bisa nyesel lo mukul gue barusan, anjing." Ragaz berkata kasar dengan emosi. Tentu saja, dirinya sedang enak-enaknya merokok, tiba-tiba Arini memukul tangannya hingga rokoknya terjatuh ke lantai.

"Gue kalau bisa juga, lo udah gue aduin ke abang gue, Ragaz," balas Arini menahan tangis.

Ragaz terkekeh ringan mendengarnya, "Aduin aja. Lagian udah dari lama gue cari abang lo, tapi nggak pernah muncul. Pengecut. Bilang abang lo, gue nunggu dia disini, nggak usah kayak banci kabur-kaburan," ucapnya santai.

RAGAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang