26. Shattered

3.9K 172 29
                                    

"Sebelum membaca, absen dulu disini!"

Guys, please bantu aku dengan vote setiap chapter yaa. Aku minta tolong.

Follow Instagram @yeremisaragih untuk ngeliat cogan.

Tolong penuhi komentar di setiap paragraf. Juga vote yang gratis di pojok kiri bawah. Don't be siders. Kalau kalian aktif, aku juga akan aktif update.

• Selamat Membaca •

•••

"Keadaan Bunda makin parah, dan lo masih tetep nggak mau ngasih tau gue dimana 'tuh, cewek?"

Suara yang berasal dari seseorang yang tiba-tiba datang dengan wajah penuh amarah itu, membuat Jemi menolehkan kepalanya spontan dari benda mati yang terlihat sedang menayangkan sesuatu didepan sana.

Alisnya terangkat satu saat melihat bagaimana orang itu, yang merupakan sepupunya, terlihat sangat berantakan dengan rambut acak-acakan, juga kedua tangan yang mengepal erat.

"Lo bisu?" Merasa tak ada jawaban dari gadis yang merupakan sepupunya ini, Ragaz menggeram ditempatnya.

"Apa sih? Dateng-dateng, marah-marah ngga jelas. Ini rumah orang, jaga tingkah lo," balas Jemi kesal.

"Lah, kocak. Gue belajar dari orang yang nggak punya etika kayak lo." Ucapan Ragaz membuat Jemi mendirikan tubuhnya, lalu berjalan menghampiri Ragaz yang berdiri tak jauh darinya.

"Berarti lo goblok. Udah tau nggak bener, lo masih tetep belajar dari itu. Dan yang lebih tololnya, lo lakuin lagi," ucap Jemi, menatap tajam tepat pada kedua netra Ragaz yang kini semakin emosi mendengar ucapannya.

"Kenapa?" Jemi menaikkan salah satu alisnya, tersenyum remeh menatap sepupunya ini, "Nggak terima sama apa yang gue omongin?" lanjutnya tersenyum miring.

Baru saja gadis itu ingin membalikkan tubuhnya, ucapan Ragaz selanjutnya membuatnya menghentikan niatnya untuk kembali duduk di sofa ruang keluarganya.

"Pathetic."

Jemi dengan cepat kembali menolehkan kepalanya menatap Ragaz. Dengan gerakan cepat pula, cewek itu menarik kaos yang dipakai Ragaz.

"Siapa yang lo bilang pathetic?" ucap Jemi langsung.

Ragaz terkekeh pelan mendengarnya. Dengan gerakan pelan, tangan cowok itu melepaskan tangan Jemi yang menarik kaosnya.

"Lo lah, siapa lagi?" jawab Ragaz tersenyum miring.

"Lo–"

"Lo nggak tau harus gimana bersikap waktu tau masalah sahabat lo yang melibatkan gue, sepupu lo. Lo bahkan nggak pernah ngira kalau masalahnya bakal sebegininya. Iya, 'kan? Lo bingung. Semua terlalu tiba-tiba buat lo. Apasih yang bisa anak baru legal kayak lo, lakuin?" Ragaz terkekeh pelan ditempatnya, merasa berhasil membuat Jemi terdiam.

"Sahabat terdekat lo, hidupnya ancur gue buat. Segampang kayak gue jentikkin jari. Tak! Kayak gitu yang gue lakuin." Ragaz lagi-lagi terkekeh ditempatnya saat salah satu tangannya memperagakan bagaimana kedua jarinya bersentuhan hingga menimbulkan bunyi.

Jangan tanya bagaimana kondisi Jemi saat ini setelah mendengar ucapan kurang ajar dari mulut cowok brengsek yang sialnya masih mempunyai hubungan keluarga dengannya.

RAGAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang