"Sebelum membaca, absen dulu disini!"
Teman-teman mungkin pada bertanya kenapa aku ga pernah update lagi, aku lama ga update, dan sebagainya. Teman-teman, aku ngerasa platform ini udah susah ku jangkau, platform ini udah beda. Dan aku sudah tidak menemukan kesenanganku lagi disini. Apalagi setelah aku tau novel pertamaku ternyata banyak bajakannya, semangatku untuk nulis novel kedua jadi menurun drastis, maaf ya teman-teman. Tapi aku mencoba untuk tamatin cerita ini, dan mencoba untuk kembali menemukan kesenangan disini. Mohon doa dan semangatnya teman-teman.
Guys, please bantu aku dengan vote setiap chapter yaa. Aku minta tolong.
Follow Instagram @yeremisaragih untuk ngeliat cogan.
Tolong penuhi komentar di setiap paragraf. Juga vote yang gratis di pojok kiri bawah. Don't be siders. Kalau kalian aktif, aku juga akan aktif update.
• Selamat Membaca •
•••
Suasana berduka terasa jelas didalam rumah megah yang kini dipadati oleh manusia. Keluarga, tetangga, teman-teman, seolah merasakan duka yang begitu dalam yang memang dirasakan oleh keluarga yang ditinggalkan.
"Udah, Gaz, jangan berlarut-larut sedihnya. Ayo semangat dong, bentar lagi lulus sekolah, 'kan? Buktiin sama almarhum bunda kalau Ragaz bakal jadi anak yang sukses nanti."
Ragaz, cowok tampan dengan penampilan yang sangat berantakan itu terlihat tidak menanggapi ucapan yang entah siapa dirinya juga tidak tahu, yang kini sedang mengusap punggungnya.
Cowok itu hanya duduk dengan kepala menunduk, tidak menanggapi dan tidak peduli pada acara yang sedang berlangsung. Dengan kantung mata hitam dan sembab, serta rambut acak-acakan itu, Ragaz tak lagi pedulikan kondisi sekitar rumahnya.
Jenazah Damara sudah dikebumikan beberapa jam yang lalu. Saat itu dunianya terasa hancur. Rasanya detik itu juga, saat melihat tubuh sang bunda dimasukkan kedalam tanah, pikiran gilanya memaksanya untuk ikut masuk bersama sang bunda.
Tak peduli akan semua orang yang mengantar kepulangan sang bunda ke tempat terakhirnya, Ragaz beteriak kencang, histeris melihat tanah perlahan menutup tubuh sang bunda.
Dunianya hancur.
Bundanya, manusia yang paling ia cintai kini sudah meninggalkannya.
Sesak, sakit, patah.
Semuanya seolah tercampur dalam hatinya.
Namun kini, setelah semuanya sudah selesai, Ragaz hanya terdiam mematung setelah pulang dari pemakaman Damara. Cowok itu tidak membuka suaranya sejak keluar dari tempat pemakaman hingga sampai malam ini.
Siapapun yang mengajaknya bicara, tak satupun yang mendapat tanggapan dari cowok itu. Meskipun berulang kali sang ayah memanggil bahkan menegurnya, Ragaz seolah tuli.
"Ayo dong semangat, sayang. Tante juga punya keponakan jauh yang beberapa minggu lalu ayahnya meninggal. Katanya sih karna dia hamil, padahal masih SMA loh, seumuran anak tante sama kamu juga. Ya itulah kalau nggak dengerin orang tua."
Ragaz tetap diam, tetap mengacuhkan ucapan yang keluar dari, entah siapa, yang kini masih terus mengusap punggungnya dengan pelan, bermaksud menguatkan cowok itu yang masih dalam kondisi berduka. Namun saat nama seseorang keluar dari mulut perempuan itu, atensi cowok itu dengan cepat langsung teralihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAZ
Teen FictionUPDATE SETIAP HARI! [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] Find me on Instagram @yeremisaragih WARNING⚠️ Mengandung adegan dewasa serta bahasa yang kotor dan frontal! _____ "Karena tenang nggak harus mati." Arini tidak tahu, lebih tepatnya tidak sadar, kala...