Part-20

666 28 1
                                    

Setelah resmi memutuskan untuk bergabung dengan Persija Jakarta, ini adalah hari terakhir Ridho di Persebaya. Ridho datang ke markas Persebaya untuk berpamitan pada rekan-rekan dan official Persebaya.

Perpisahan adalah hal terberat yang harus Ridho hadapi, namun ini sudah menjadi keputusan nya.

Kini Ridho tengah membereskan barang-barangnya yang berada dikamar mess Persebaya, tanpa Ridho sadari sosok sang sahabat tengah menatapnya dengan perasaan yang tak dapat dijelaskan.

"Nggak nyongko samean meh lungo Dho". Ridho menoleh mendengar ucapan tersebut yang tak lain berasal dari sahabat dekatnya Ernando. (Tidak menyangka kamu mau pergi Dho)

Dengan perasaan berkecamuk Nando berjalan mendekati Ridho dan duduk disampingnya, menatap Ridho sejenak seolah tak rela sahabat dekatnya akan segera pergi.

Ridho menatap Nando dalam, sama halnya dengan Nando, Ridho juga merasakan kesedihan yang sama.
"Halah, aku mong nek Jakarta ee Ndo, koen kok nanges ta yok opo seh.."
(Halah aku cuma di Jakarta aja Ndo, kamu kok nangis, kenapa)

Canda Ridho yang mencoba menghibur sahabat itu, dengan meyakinkan bahwa mereka masih bisa bertemu kapan saja tanpa menghiraukan jarak. Nando berdecak kesal mendengar candaan Ridho. Pasalnya Jakarta-Surabaya tidak sedekat itu.

"Haha, iya Ndo, aku ngerti perasaan mu, aku ya sama sedihnya, tapi keputusan ini sudah deal. Lagipula kita masih bisa ketemu kan, kita juga bakal disatukan lagi di Timnas, persahabatan kita nggak akan hilang meski kita sudah beda klub."

Ridho masih berusaha menenangkan Nando dengan segala quotes terbaiknya. " sampean lungo aku meh curhat Karo sopo, Karo Salman? Brylian? Kae bocah morat-marit Kabeh .." Ridho tertawa terbahak mendengar ucapan Ernando.
(Kamu pergi aku mau curhat sama siapa? Sama Salman? Brylian? Anak itu bar bar semua)

" Enak ae koen ngomong, aku juga iso dadi motivator handal koyo Mario teguh." Sahut Brylian yang menguping pembicaraan Ridho dan Nando. ( enak saja kamu ngomong, aku juga bisa jadi motivator handal kayak Mario Teguh)

Brylian masuk kedalam kamar mess dan bergabung dengan Ridho beserta Nando yang diikuti Salman dibelakangnya. "Nahhh betul itu, ini titisan Mario teguh." Ucap Ridho yang mendapat acungan jempol dari Brylian.

"Semoga sukses ya Dho di klub barunya, apapun keputusanmu semoga itu yang terbaik buat kamu dan keluarga, makasi banyak udah jadi rekan dan sahabat yang baik buat kita, kita nggak akan nemuin orang kaya kamu dimanapun, kalo pulang Surabaya jangan lupa kabar-kabar, kita kumpul lagi kaya biasanya." Ucap Salman tiba-tiba.

"Iya Man, Bry, Ndo, aku yang makasi banyak sama kalian, sudah mau menjadi sahabat sekaligus keluarga untuk saya." Ucap Ridho sembari tersenyum menatap ketiga sahabatnya satu-persatu.

"Kayanya harus ada makan malam perpisahan ini, gimana?" Usul Brylian tiba-tiba.

"Wah setuju, ide bagus itu." Jawab Salman.

"Boleh, mau makan dimana?" Tanya Nando.

"Ya dirumah Ridho, kan perpisahan Ridho." Sahut Brylian.

"Kalo dirumahku ngga bisa, nggak ada yang masak, Salma harus banyak istirahat, ngga boleh capek-capek, kasian kalo dia harus masak banyak sendirian." Jawab Ridho.

"Oh iya, Salma lagi hamil ya." Sahut Salman.

"Sek..sek..... Salma hamil? Wahhh gacor juga kamu Dho..." Ucap Brylian.

"Yaudah kita makan di Resto aja, nanti aku yang atur, nanti tak sharelock tempatnya." Ucap Nando yang dibalas anggukan oleh ketiga sahabatnya.

"Yauwes, Yo kelapangan, yang lain udah nungguin." Ucap Salman.

S untuk Salma (Rizky Ridho Ramadhani) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang