"Jangan lupa bahagia!"
Zia tersenyum mendengar suaranya sendiri dalam video. Entah kenapa seolah-olah kalimat itu bukan hanya untuk orang-orang yang mendengar, tapi juga untuk dirinya sendiri.
Menjadi konten kreator bukanlah keinginan Zia apalagi sebelum mendalami dunia Youtube, Zia bahkan tidak percaya diri di hadapan kamera. Namun, meski begitu, ia tidak akan pernah bisa menolak permintaan tiga teman yang masuk dalam kategori manusia tampan di sekolah menurut para siswi, tetapi menurut Zia mereka tidak masuk ke dalam kategori itu.
Bagaimana, tidak? Ketiga manusia yang dibilang tampan itu memiliki kebiasaan yang aneh. Devan suka membuang di sembarang tempat, Davin suka mendengkur saat tidur, dan Danu yang terlalu pembersih. Namun, Zia tetap menyayangi mereka meski aneh.
Setelah beberapa jam menemani tiga manusia itu mengedit video dan hari sudah gelap, Zia merasa lapar. Ia menghela napas panjang tatkala melihat ketiga temannya masih sibuk mengedit video padahal ia tadi ingin memberi kode agar dibelikan sate. Namun, ia urungkan karena tak ingin mengganggu aktivitas mereka.
Zia beranjak duduk di atas kasur milik Danu lalu memeluk bantal sambil memangku dagunya. Helaan napas berat juga berulang kali terdengar, tetapi ketiga temannya tak ada yang peka.
Apakah ia harus memberi kode? Namun, sepertinya percuma karena jika sedang fokus mengedit, mereka tak akan bisa dirganggu. Tanpa menunggu waktu lama, ia meletakan bantal kembali ke tempatnya lalu beranjak ke dapur.
"Mau ke mana lo?" tanya Devan saat Zia baru saja berdiri.
"Cari makanan. Zia laper."
"Percuma ... enggak ada apa-apa di dapur." Danu bersuara setelah bayangan Zia hilang di balik sekat.
Davin menutup laptop kemudian memasukkan benda itu ke dalam tas. "Orangnya udah gak ada, lo baru ngomong."
Menyadari hal itu, Danu beranjak menemui Zia di dapur. Bukan karena kasihan dengan Zia yang merasa lapar, tapi karena tahu jika cewek itu akan mengacak-acak dapurnya apalagi ia paling tidak bisa melihat sesuatu yang berantakan. Jika menurut Zia, ia berbakat menjadi Office Boy.
"Danu, Zia mau masak di sini boleh, kan? Laper banget, dari SD belum makan!" pekik Zia dari dapur sebelum Danu sampai di dapur.
"Kanzia Razita, suara lo bisa pelan dikit, enggak?"
Bukannya meminta maaf, Zia justru menyengir. "Danu Adhiatma, kata bunda ... Zia boleh berisik di sini."
Zia kembali mengocok telur yang tadi ia ambil di kulkas. Bukan hanya Zia yang suka berlaku seenaknya di rumah Danu, tapi juga si kembar Devan dan Davin. Namun, hal itu wajar sebab Danu juga seperti itu jika berada di rumah mereka.
Setelah selesai mengocok telur, Zia terlihat bingung dengan kompor listrik di depannya. "Cara nyalain kompor ini gimana, sih?"
Danu mengambil mangkuk berisi telur yang dipegang Zia, meletakannya di atas meja, lalu menarik Zia keluar dari ruangan itu.
"Eh! Kenapa narik tangan Zia?"
"Mau ajak lo makan sate."
Mendengar itu, mata Zia berbinar senang. "Serius?"
Danu mengangguk. "Sebagai permintaan maaf gue karena prank tadi."
Ah iya, video yang tadi mereka edit adalah video prank pernyataan cinta Danu pada Zia. Menurut Zia, prank tadi benar-benar tidak lucu hingga rencana yang telah diatur ketiga cowok itu gagal. Bagaimana, tidak? Zia sadar akan kamera yang menyala saat prank berlangsung. Lagi pula siapa yang ingin bersanding dengan cowok pembersih itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
3DZia : Rasa (Sudah Terbit)
Teen Fiction"Kata orang, tertawa yang membuat kita bahagia, tetapi kenapa justru luka yang hadir setelahnya?" Content creator dengan nama 3DZia team adalah milik empat manusia absurd bernama Danu, Devan, Davin, dan Zia. Karena sangat akrab, mereka memutuskan un...