"Anjir! Gila! Ini gue enggak salah lihat, kan?"
Seruan Devan mendominasi kantin saat ini hingga beberapa pasang mata menatap bingung ke arahnya. Ia benar-benar tidak bisa menahan suaranya tatkala melihat jumlah penonton di konten terakhir mereka bersama Ayumi beberapa hari lalu.
Dalam seminggu belakangan, mereka sudah mengunggah dua video baru. Tak butuh waktu lama untuk melihat angka penonton yang naik drastis. Tak hanya Devan, bahkan yang lain juga ikut senang dengan keberhasilan atas usaha mereka. Zia yang sebelumnya malas jika Ayumi menjadi anggota baru 3DZia team, kini bisa menerima perempuan itu sebagai sahabat yang baru.
Zia juga tidak kalah heboh. Ia bahkan sibuk mengajak 3Dzia team untuk merayakan hal tersebut. Dengan mata yang berbinar, ia menatap satu-persatu sahabatnya. "Ayo, dong! Kita rayain ke Dufan. Ya, ya, ya, ya?!"
Jika kebanyakan perempuan takut menaiki permainan halilintar, roller coaster, dan permainan yang mengacu adrenalin lainnya, Zia adalah pengecualian. Karena ia memang tidak pernah takut dengan hal seperti itu, dia justru akan senang.
Mereka semua bungkam. Bahkan Devan yang sempat heboh memilih untuk memakan makanan di depannya yang sempat diabaikan.
Zia mengembuskan napas kesal. "Kacang!"
Setelah mengatakan itu, Zia berniat meneguk minuman botol bersoda yang tadi dipesan. Namun, seketika Danu menarik tangannya dengan cepat.
"Enggak boleh banyak minum air yang mengandung soda." Danu memberi sebotol air mineral milik Davin. "Banyakin minum air putih aja."
"Perhatian boleh, tapi jangan punya gue juga, kali!" kata Davin kesal.
"Ck! Nanti gue ganti."
"Pelit banget sama Zia." Gadis itu merengut kesal lalu menatap Danu. "Zia maunya Fanta itu."
"Enggak!" sergah Danu cepat.
Mata Zia mengarah ke atas. Dengan ekspreksi dramatis, Zia mulai berucap, "Ya Allah, kenapa Zia dikasih temen yang pelit?"
"Eh, Kecoa Sambal! Enak aja bilangin gue pelit." Devan yang baru selesai makan langsung membalas ucapan dramatis Zia.
"Kenapa harus ‘kecoa sambal’? ‘Bidadari’ kek, apa kek, yang bagusan dikit!" protes Zia.
"Karena lo lebih cocok sama kecoa, pecicilan dan menjijikan," kata Devan setelah menelan minumannya yang diakhiri tawa.
"Enak aja!"
Danu menatap Zia lalu mengembuskan napas kesal karena sejak melihat jumlah penonton mereka yang naik, gadis itu tidak menyentuh makanan yang sudah dipesannya sama sekali. "Udah ..., lebih baik makan! Ngoceh mulu dari tadi."
"Ada syaratnya," kata Zia lalu tersenyum lebar.
Davin menggeleng. "Astaga! Makan aja pake syarat segala."
"Apa?" tanya Danu.
"Pulang sekolah nanti, kita ke Dufan. Oke?"
Ayumi meletakan pesanan di atas meja, duduk, lalu bersiap menjawab permintaan Zia. "Iya, bener. Ayo, dong! Gue udah lama juga enggak ke sana."
"Nah! Kalo Ayumi setuju, gue juga setuju," ujar Devan lalu menyengir.
Anak itu selalu menjadi yang paling pertama dalam menanggapi jika menyangkut persoalan perempuan. Sebenarnya ia tidak suka dengan perempuan yang sering ia ganggu. Namun, entah mengapa hal itu menjadi sangat menyenangkan baginya.
Kepala Davin yang tadi menunduk, kini terangkat. "Gue ikut, tapi jangan pernah ajak gue naik halilintar atau sejenisnya!"
"Siap, Kapten!" Zia kembali menatap Danu. "Danu setuju, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
3DZia : Rasa (Sudah Terbit)
Подростковая литература"Kata orang, tertawa yang membuat kita bahagia, tetapi kenapa justru luka yang hadir setelahnya?" Content creator dengan nama 3DZia team adalah milik empat manusia absurd bernama Danu, Devan, Davin, dan Zia. Karena sangat akrab, mereka memutuskan un...