Bel istirahat kedua berbunyi nyaring di telinga murid SMA Surya Aksara. Seperti biasanya, Danu, Devan, dan Davin segera berjalan menuju lapangan untuk bermain sepak bola, itu menjadi kegiatan rutin ketiga cowok itu. Dan seperti biasanya juga, Zia harus rela ke kantin sendirian saat cacing di perutnya meminta asupan untuk yang kesekian kali.
Setelah meletakan piring nasi goreng di depannya, Zia terdiam. Sepertinya ada hal yang dilupakan gadis itu sebelum bergegas ke kantin.
"Ah, iya, es krim!" gumam Zia. "Enggak mau tahu, Zia harus minta es krim Magnum pulang sekolah nanti."
Gadis itu mengunyah beberapa sendok nasi goreng di depannya sebelum mendengus sebal saat didatangi oleh Agnes— senior galak—si penggemar Danu.
"Jadi, ini Zia yang katanya punya followers Instagram lebih banyak dari gue?" Agnes menaikkan sebelah alisnya menatap Zia, “heran gue, kenapa cewek pendek kayak lo followers-nya sampe sejuta? Lo beli followers, ya?”
Tak peduli, Zia memilih melanjutkan makannya daripada menanggapi cewek gila di depannya.
"Sombong banget, sih! Lihat ke sini, dong! Gue mau nanya sesuatu, nih," lanjutnya masih dengan nada lembut, tetapi penuh arti tersembunyi di dalamnya.
Siapa pun tahu jika sudah berurusan dengan Agnes, semua masalah tidak akan selesai dalam waktu singkat. Siapa yang tidak kenal dengan cewek itu? Senior terkejam yang pernah Zia temui seumur hidupnya.
Sebenarnya, Agnes sudah lama ingin melabrak Zia. Namun, selalu gagal karena gadis itu selalu berada di sekitar tiga sahabatnya.
Agnes memajukan tubuhnya. "Gue mau nanya, nih. Sebelas tahun temenan sama mereka, lo pernah diapain aja?"
Zia menghentikan gerakannya, menelan sisa makanan yang masih ada di dalam mulutnya, kemudian mendongak. "Maksudnya?"Agnes tersenyum tipis, kembali memundurkan tubuhnya, lalu bersedekap dada. "Ya, lo pikir aja. Biasanya cewek sama cowok udah ngapain aja kalo temenan sebelas tahun? Apalagi lo tinggal sendirian, kan, di rumah?"
Kini Zia mengerti maksud perkataan Agnes. Ia menghela napas sebelum berbicara. Tak ingin terlihat takut oleh monster di depannya, ia juga ikut melipat tangan di depan dada. "Eh, denger, ya, Biji Salak! Emang kalo temenan sama cowok sebelas tahun, terus lo kira Zia udah diapa-apain, gitu?" Zia tertawa sejenak. "Lo iri, ya, karena Zia deket sama Danu?"
Agnes menyatukan alisnya. Ingin menjawab, tetapi suaranya tertahan saat gadis di depannya kembali bersuara. "Sorry, ya, Zia enggak semurah lo!"
Setelah itu, Zia tertawa puas.Karena naik pitam, Agnes memukul meja di depannya dan berhasil menarik perhatian orang-orang yang berada di kantin. "Apa lo bilang?"
Lagi, Zia harus menghela napas melihat perempuan ini. ia berdiri saat mendengar suara bel masuk berdering. "Udah, ya, Zia enggak punya waktu buat dengerin ocehan sumpelan sepatu kayak lo."
Setelah itu, ia bergegas keluar kantin.
Di tempatnya, Agnes menggerutu kesal. "Kurang ajar!"*****
Akibat pura-pura lupa membelikan Es Krim Walls untuk Zia tadi siang, mereka harus rela mengeluarkan uang lebih banyak karena permintaan gadis itu siang ini. Bukan hanya Es Krim Magnum, tetapi Zia juga meminta dibelikan white choco untuk menemaninya begadang malam ini.
Dasar perempuan!
Zia sekarang sudah berada di dalam mobil milik Danu dengan sebungkus plastik berlogo Indomaret berisi Es Krim Magnum dan cokelat putih. Ia tersenyum melihat makanan di depannya lalu melirik Danu yang sibuk menyetir.
"Danu mau?" Zia menawarkan dengan senang hati.
Di sebelahnya, Danu menggeleng cuek. "Enggak."
"Dih, ngambek!" goda Zia. Biasanya saat Zia menawarkan Es Krim Magnum pada Danu, cowok itu dengan senang hati menerima, tapi kenapa sekarang justru menolak? Zia menusuk-nusuk pinggir bahu cowok itu dan masih melontarkan ejekan khas miliknya. "Calon OB jangan ngambek gitu dong, ke Zia. Kan, Zia minta kayak gini enggak tiap hari."
"Ck! Jangan panggil gue calon OB!" decak cowok itu.
"Siapa suruh jadi cowok pembersih banget." Zia kembali membenarkan posisi duduknya. Jika yang diejek tadi adalah Devan, perseteruan itu tidak akan berakhir sebentar seperti ini. Namun, justru itu alasan Zia suka mengusili cowok sinting itu. Jika itu Danu, semuanya akan berakhir dalam sekejap.
Membosankan!
"Ya, udah, deh, kalau enggak mau. Alhamdulillah juga punya Zia enggak berkurang hehe!" katanya diakhiri cengiran senang.
Gadis itu meletakan kantung plastiknya ke dalam tas ransel lalu mengambil ponselnya yang sejak tadi mengeluarkan suara notifikasi dari aplikasi Whatsapp. Ia pikir, notifikasi itu berasal dari cowok ganteng di sekolah yang sering meliriknya secara diam-diam. Namun, ia salah, karena pesan itu justru berasal dari Davin melalui grup chat 3DZia.
3DZia Team
Devan:
Lusa kita syuting bareng
Eleta Maplelya.Devan:
Gue udah hubungin
manajernya dan jadwal
kosongnya cuma lusa."Eleta Maplelya itu ... model yang lagi naik daun itu bukan, sih?" tanya Zia tanpa menoleh ke arah Danu.
Danu menoleh sekilas sebelum kembali fokus pada jalanan. "Iya. Kenapa? Davin berhasil hubungin manajernya?"
"Lusa syuting bareng dia."
"Bagus, deh. Yakin gue kalau syuting bareng Eleta, viewers kita bakal naik."
Danu mengucap syukur akan hal itu. Pasalnya, yang ia tahu, Eleta Maplelya sedang memiliki jadwal yang sangat padat.Dari aplikasi Whatsapp, Zia beralih pada aplikasi kalender untuk melihat tanggal. Namun, sesaat ia terdiam melihat tanggal hari ini. Matanya melebar saat teringat hari ini adalah jadwal wajib ia berkunjung ke tempat biasanya. Bagaimana mungkin ia bisa lupa?
Dengan cepat, pandangannya kembali beralih ke arah Danu. "Danu, Zia lupa kalo hari ini tanggal dua puluh tujuh."
Cowok itu menoleh lalu tersenyum. Ia sudah paham Zia harus berkunjung ke mana setiap tanggal dua puluh tujuh."Mau ke tempat ibu?"
Zia mengangguk. "Temenin, ya?" Ia tersenyum getir demi menahan air mata yang sudah mengaburkan sebagian pandangannya.
Danu membalas dengan anggukan kepala dan senyuman manisnya.
Sadar dengan raut wajah Zia yang berubah seketika, ia mengacak rambut Zia sebentar lalu menggerakkan pelan kepala gadis itu agar bersender ke bahunya. "Kalo mau nangis, nangis aja. Jangan berhenti sebelum lo lega!"
Tepat setelah Danu mengatakan itu, setetes air bening mengalir dari sudut mata Zia. Setelah itu, berlanjut hingga puluhan tetes yang jatuh dan membasahi sedikit seragam cowok yang tak pernah meninggalkannya dalam keadaan apa pun.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
3DZia : Rasa (Sudah Terbit)
Novela Juvenil"Kata orang, tertawa yang membuat kita bahagia, tetapi kenapa justru luka yang hadir setelahnya?" Content creator dengan nama 3DZia team adalah milik empat manusia absurd bernama Danu, Devan, Davin, dan Zia. Karena sangat akrab, mereka memutuskan un...