18 | Permintaan Maaf

6 2 0
                                    


Awalnya Zia mengira jika Arjuna akan mengajaknya makan di meja yang sempat ditempati bersama Ayumi atau pergi ke bioskop seperti waktu itu. Namun, ia salah besar karena cowok itu justru mengajaknya ikut berkumpul dengan tim basket yang berhasil membuatnya diam seribu bahasa.

Jika berada di dekat sahabatnya, ia cenderung ceria dan cerewet. Namun, semua itu akan berbanding terbalik jika berada di posisi sekarang. Bukannya ia merasa risih atau apa pun, ia hanya takut salah bicara karena tidak pernah berbicara dengan anak basket selain Arjuna. Meski mengenal beberapa nama—Zaki, Fikri, Deva, dan Candra—dari mereka, tetapi tetap saja ia merasa bingung.

"Lo Zia yang salah satu konten kreator itu bukan, sih? Apa itu nama timnya? 3DZia? Eh, enggak tahu, ah. Gue lupa," tanya Arya, salah satu anggota tim basket tersebut.

Zia mengangguk. "Bener, kok."

"Gue pernah liat konten kalian. Keren, tahu! Lo sama ketiga sahabat lo akrab banget sampe enggak ada yang namanya jaim," komentar Candra yang membuat Zia tersenyum. "Tapi jujur, gue lebih suka liat anggota baru itu."

"Yang anak baru itu bukan, sih?" tanya Arya.

"Nama dia Ayumi," sahut Arjuna, menyambung percakapan mereka.

"Nah, iya! Ayumi cantik banget pokoknya. Parah!"

Candra menggeleng-geleng saat membayangkan sosok itu. Gadis dengan hidung mancung, berambut panjang, dan sorot mata yang mampu memikat siapa pun yang melihatnya itu memang sudah menjadi primadona di SMA Surya Aksara. Bahkan kecantikannya mampu mengalahkan Agnes yang pernah menjabat sebagai sisi paling cantik di SMA tersebut.

Jadi, tidak heran jika banyak yang yang melakukan berbagai cara hanya untuk mencuri perhatian gadis itu. Seperti memberinya cokelat hingga meminta nomor Ayumi secara langsung meskipun baru sebulan berada di sekolah itu.

Entah Zia yang terlalu berkecil hati atau rasa cemburunya pada gadis itu yang kian membesar, sedih menjalar di seluruh tubuhnya saat mendengar pujian yang mereka lontarkan hanya untuk Ayumi.

Memang benar jika gadis itu lebih cantik darinya, bahkan sangat jauh. Namun, ia merasa wajar apalagi dirinya memang sangat jarang merias wajah ketika datang ke sekolah. Ia hanya berani berdandan ketika hendak membuat konten, itupun hanya menggunakan mascara dan lipt tint dengan warna yang tidak terlalu cerah.

Sadar dengan raut wajah Zia yang berubah, Arjuna memilih berpamintan pada temannya. "Gue duluan, ya. Zia enggak boleh pulang kemaleman soalnya."

Kepala Zia terangkat dan melihat Arjuna yang sudah berdiri. Kini cowok itu bersalaman dengan para anak basket yang berada di sana lalu menariknya keluar dari kerumunan tersebut. Ia tidak mengerti kenapa cowok itu mengajaknya pulang, sedangkan ia baru saja berada di tempat itu.

"Gue tahu kalo lo enggak suka mereka bahas Ayumi."

"Enggak, Kak. Justru Zia seneng kalo ada yang suka sama Ayumi," kata Zia dengan nada lambat.

"Enggak usah bohong!"

Tak ada jawaban dari Zia setelah itu. Tangan Arjuna masih menggiring telapak tangannya meski langkah mereka sudah seiring. Saat jari-jari cowok itu bergerak menuju sela-sela jarinya, ia  terkesiap dengan mata yang melebar. Entah karena apa, darahnya justru berdesir hebat saat itu. 

"Lo itu cantik, Zi. Lo lupa kalo sebelum Ayumi masuk ke tim kalian, lo pernah jadi daya tarik di setiap konten yang kalian buat?"

Zia dapat melihat cowok yang lebih tinggi darinya itu menaikkan kedua alisnya meskipun ia hanya menatap ke arah depan, kemudian cowok itu menoleh. Namun, anehnya ia tidak memalingkan wajah, ia justru menatap mata Juna dalam-dalam.

3DZia : Rasa (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang