Aldi menutup pintu mobilnya, setelah mengambil dua keranjang buah yang sempat dibelinya untuk buah tangan.
Hari ini pria itu kembali mendatangi rumah sakit setelah hampir tiga hari tidak berkunjung. Aldi hanya mengetahui sekilas perihal info Sella lewat Joan, pria itu mengatakan kalau Sella sudah jauh lebih baik dari hari pertama gadis itu disini.
Mata Aldi mendelik kaget ketika melihat siapa yang baru saja turun dari taxi, dan sedang menuju pintu lobi.
"Waduh, bahaya nih," gumamnya dan mempercepat langkahnya.
Jangan sampai dia keduluanan gadis itu. Begitu pintu lift berbunyi Aldi langsung masuk, menekan tombol nomor 5 dengan tergesa.
"Eh, tunggu!"
Shit, umpatnya dalam hati, ketika sebuah tangan menghalangi pintu lift. Aldi membeku ketika matanya saling pandang dengan sosok yang baru saja menghalangi pintu itu. Nasti mendengus kesal, ketika melihat salah satu sosok yang sangat dihindarinya untuk bertemu lebih dari sekali tersebut.
"Lo mau masuk apa nggak?" ketus Aldi, membuat Nasti mau tak mau melangkah masuk. Pintu pun tertutup, membuat suasana canggung di antara mereka semakin menjadi.
Melihat Nasti yang tidak menekan tombol apapun, membuat Aldi sedikit penasaran kemana tujuan gadis itu. Dalam waktu kurang dari semenit pintu lift kembali terbuka, membut Aldi dan Nasti keluar bersamaan.
Aldi buru-buru mencegah lengan Nasti, ketika melihat gadis itu mengarah pada lorong VVIP tempat ruang inap Sella berada.
"Apaan sih!?" Nasti melepas tangan Aldi, kasar.
"Lo mau kemana?"
"Kenapa lo peduli?"
Aldi berdecak kesal, "Ini lorong VVIP, untuk kelas umum di sebelah sana." Aldi menunjuk sisi lorong yang satunya, membuat Nasti reflek mengikuti arah tunjuk Aldi.
"Yaudah, orang gue mau kesini kok," sungut Nasti.
"Nasti!" belum sempat Nasti beranjak, panggilan dari Joan membuat Aldi dan Nasti menoleh bersamaan.
"Jo, kok lo -"
"Dimana Sella?" potong Nasti, membuat Aldi berdecak kesal.
"Ada di kamar inap, sebelum lo jumpa sama dia, ayo ikut gue dulu biar gue jelasin semuanya," Joan menatap Aldi yang masih kebingungan. "Lo ke kamar aja Di, ada Gavi disana," ujarnya sebelum melangkah pergi bersama Nasti.
Aldi masih terdiam di posisinya, mendadak otaknya tidak bisa membaca situasi dengan benar.
Tunggu dulu, darimana dirinya mulai ketinggalan berita?
Kenapa Nasti ada disini? Kenapa dia bisa tahu Sella, dan yang paling bikin bingung kenapa Joan mau bicara dengan gadis itu secara pribadi?
What the hell!
Kenapa dirinya seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa?
Aldi terduduk lesu di kursi ruang tunggu. "Ternyata selama ini gue bukan siapa-siapa mereka," gumam pria itu, mendramatisir keadaan.
***
Sella membuka matanya secara perlahan. Matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 9 malam, gadis itu merasa tubuhnya menjadi lebih segar setelah hampir seminggu beristirahat full di ruangan ini.
Makannya yang teratur dan jam tidur yang stabil membuat tubuhnya membaik. Belakangan ini ia juga rasa cemasnya sudah mulai berkurang, walaupun perasaan gelisah akan Ryan masih membekas dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL LIKE AN ANGEL
RomanceSella menggigiti kuku ibu jarinya berulang kali, jantungnya berdetak lebih cepat, matanya meniliti ruangan dengan rasa ketakutan, kepala gadis itu terasa penuh dengan bisikan-bisikan aneh. Sella memukul-mukul kepalanya beberapa kali, berharap suara...