Bacanya sambil dengerin lagunya guys biar akin nyesss! 💔
Gak juga gapapa sih 😭 senyamannya aja wkwk
Hihihi, happy reading ^-^
***
"Awh! sakit Gav," ujar Sella.
Seolah baru sadar, Gavi akhirnya melepaskan genggamannya di pergelangan tangan Sella. Gadis itu langsung menarik tangannya sambil menatap Gavi dengan wajah kesal. Saat ini keduanya berada di bagian sisi kanan mansion Gavi, tepatnya dekat dengan sebuah gazebo yang juga terdapat tanaman hias dan lampu taman.
"Kenapa sih?" tanya Sella, sambil memegang pergelangan tangannya yang memerah. Gavi yang melihat itupun menghela napas, sepertinya dia terlalu kuat tadi saat menarik Sella keluar.
"Lo dari mana aja?"
"Kan udah gue bilang tadi, gua dari makam orang tua gue." Gavi mengusap wajahnya dengan kasar, bukan jawaban itu yang ia mau saat ini.
"Iya gue tahu tapi, harusnya lo udah di rumah dari jam 8 tadi!" ujar Gavi, dengan intonasi yang terdengar aneh di telinga Sella.
"Lo marah?" tanya Sella, alis gadis itu sudah mengerut heran.
Gavi langsung menggeleng cepat, "Enggak, siapa yang marah?"
"Terus, kenapa lo kelihatan kaya marah?"
"Enggak. Ngapain gue marah sama sesuatu yang bukan urusan gue," ketus Gavi, kali ini matanya sudah beralih menatap kolam ikan yang berada di dekat mereka.
Mendengar ucapan Gavi barusan, lagi-lagi membuat perasaan Sella tersentil. Padahal, Gavi tidak harus bilang begitu pun Sella juga sudah tahu, kalau dirinya bukanlah siapa-siapa bagi pria itu. Sella tersenyum miris.
"Hal apa yang mau lo omongin sama gue?" tanya Sella, membuat perhatian Gavi teralihkan.
"Ah, itu soal Aldi. Dia bakal menginap disini selama tiga hari," Gavi sengaja tidak meneruskan ucapannya, untuk melihat bagaimana reaksi Sella. Jauh seperti dugaannya, alih-alih mengomel Sella justru terlihat 'iya-iya' saja dengan info barusan.
"Lo gak masalah?" tanya Gavi, memastikan.
Sella yang mendengar pertanyaan itu mengerjap heran, "Memangnya apa yang jadi masalah? Dia teman lo dan ini juga rumah lo," terang Sella.
Gavi membenarkan ucapan Sella. Ini rumahnya dan Aldi adalah temannya, lantas apa yang membuatnya harus meminta pendapat dari sosok seperti Sella? Bahkan, gadis itu bukan siapa-siapa baginya.
Sepertinya Gavi mulai tidak waras.
Melihat Gavi yang bergeming, membuat Sella menghela napas pelan. Ia pikir ada hal yang lebih penting dari ini yang akan dibicarakan oleh Gavi padanya.
Seperti, tempat tinggal misalnya?
Bagaimanapun Ryan sudah di penjara dan itu berarti janji Gavi sudah lunas, tidak adalagi kewajiban Gavi untuk menampungnya di rumah ini.
"Kalau gak ada hal yang perlu di bahas lagi, gue masuk duluan ya?" pamit Sella.
Gavi yang semula sibuk dengan pikirannya sendiri, langsung menahan lengan Sella dengan tiba-tiba, membuat si empunya menoleh dengan tatapan heran.
"Kenapa, ada yang mau lo bahas lagi?" tanya Sella. Gavi bergeming, dia juga tidak tahu hal apa yang membuatnya mencegah Sella untuk pergi.
"Gav, gue cape. Kalau lo cuma diam kaya orang konyol gini, mending gue masuk sekarang. Lepasin tangan gue!" ujar Sella, kali ini dengan nada kesal. Sella kesal dengan sikap tidak jelas milik Gavi, Sella kesal dengan ucapan pria itu tadi dan Sella kesal karena dirinya tidak bisa mengontrol perasaannya sendiri!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL LIKE AN ANGEL
RomantizmSella menggigiti kuku ibu jarinya berulang kali, jantungnya berdetak lebih cepat, matanya meniliti ruangan dengan rasa ketakutan, kepala gadis itu terasa penuh dengan bisikan-bisikan aneh. Sella memukul-mukul kepalanya beberapa kali, berharap suara...