[DELAPANBELAS]

387 11 0
                                    

Indri memasukkan satu buah gula batu pada tehnya kemudian mengaduknya perlahan. Berulang kali ia mengingat, berulang kali juga dirinya menghembuskan napas kesal.

Sudah berapa hari sejak dirinya bertemu dengan gadis di dalam lift itu Indri menjadi lebih sering melamun, membuat Jwanda yang memperhatikan pun mulai terusik.

"Kamu mau mengaduk teh atau mau membuangnya Indri?" tegur Jwanda, membuat perhatian Indri teralihkan.

"Astaga!" ujarnya, ketika melihat teh yang dia aduk sudah banyak keluar dari gelasnya. Wanita itu langsung mengambil tisu dan mengelap meja yang terkena tumpahan air teh.

"Apa masalahmu?" tanya Jwanda, "Dermis berulah lagi?"

Indri langsung menggeleng cepat, "Tidak ada Ayah, aku hanya kurang fokus saja." Indri membuang tisu di tangannya ke tempat sampah kecil yang tersedia di sisi meja.

"Aku dengar kemarin Dermis mendatangi Gavi ke hotel, apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Jwanda, kali ini ia menatap Indri dengan serius.

"Tidak, aku rasa Gavi akhirnya setuju untuk membantu Bian."

Jwanda berdeham pelan, "Suami mu itu selalu berhasil membuat siapapun tidak berkutik ya?" ujarnya, sarkas.

Indri hanya tersenyum miris sambil menunduk dalam. Bukannya dia tidak tahu akan sifat buruk Dermis pada keluarga ini, hanya saja Indri tidak mau sampai membuat nama Jwanda Grup kembali tercoreng seperti beberapa tahun silam.

Rasanya Indri tidak siap jika melihat nama anaknya kembali muncul dalam berita hanya karena membuat keributan yang memicu pandangan massa, tidak, bukan hanya nama Gavi melainkan juga keluarga besar Jwanda Grup.

"Kamu sudah bertanya pada Gavi perihal gadis yang dibawa tinggal bersamanya? Bukannya kamu juga pergi ke hotelnya kemarin, In?" tanya Jwanda, membuat Indri kembali ke alam sadarnya.

"Ya? Oh, iya. Aku sempat bertanya tapi, bukannya menjawab dengan jelas anak itu malah mengusirku dengan alasan sibuk," gerutu Indri, ia pun mendekati Jwanda sambil menggenggam tangan Ayahnya itu.

"Apa Ayah tidak bisa menyuruh orang kepercayaan Ayah untuk mencari tahu soal gadis itu? Misalnya, apakah mereka punya hubungan atau tidak, atau apa yang membuat Gavi sampai mau tinggal bersama perempuan selain Mari?"

"Kamu menyuruhku menggunakan kekuasaan untuk mengorek hal pribadi cucuku, In?"

Indri langsung menggeleng cepat, kedua tangannya bergoyang ke kanan dan kiri.

"Bukan, bukan begitu Yah. Hanya saja..." Indri menjeda kalimatnya sembari berpikir kalimat apa yang tepat untuk mengungkapkan isi pikirannya.

"Hanya saja, apa?" desak Jwanda.

"Itu, aku ingin tahu gadis bagaimana yang berhasil membuat putraku luluh. Ayah tahu sendiri pribadi Gavi bagaimana, aku hanya khawatir sekaligus penasaran," jawab Indri dengan suara pelan.

Jwanda yang paham akan maksud putri sulungnya itupun hanya bisa menghela napas.

Benar, Gavi bukanlah seseorang yang mudah untuk ditaklukan dan pria itu juga sedikit sulit menjalin hubungan dengan orang baru, semua itu karena rasa kepercayaanya sudah dihancurkan oleh Dermis.

***

Hembusan udara hangat pada tengkuknya membuat Sella terganggu, perlahan mata gadis itu terbuka. Sebuah tirai abu-abu yang terbuka sedikit membuat matahari pagi langsung menyambar pandangan Sella.

Tunggu, tirai abu-abu?

Sella langsung menoleh ke belakang ketika menyadari bahwa ini bukanlah kamarnya.

DEVIL LIKE AN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang