[ DELAPAN ]

817 28 3
                                    

Dengerin lagunya, barangkali kalian dapat feel yang Sella rasain 🤏🤧

Happy Reading, guys ❤

***

Mobil Audi Q5 warna hitam milik Gavi memasuki jalanan yang terlihat jauh lebih sepi dari jalan raya. Ada banyak tanaman hias di bahu kanan dan kiri jalan, seakan menyambut siapa saja yang lewat. Sepertinya ini hanya jalan satu jalur, pikir Sella.

Sella bergeming di posisinya, lagu Tatto - milik Loreen mengalun samar dari radio mobil membuat Sella ikut larut dalam setiap liriknya.

Terkadang, kita sering menemukan kisah kita dalam karya seseorang. Baik itu lewat musik, cerita atau film. Hal itu pula yang berhasil mengulik sisi emosional kita ketika mendengar sesuatu yang serupa dengan kisah kita.

Sepertinya lagu milik Loreen mampu membuat Sella sadar, bahwa tidak ada hubungan yang berjalan mulus jika hanya satu cinta yang tulus. Sepertinya menjauhi Ryan adalah salah satu hal yang harus ia jalani sekarang walaupun, ada sedikit rasa sedih untuk menjauhi sosok yang sudah satu tahun bersamanya itu.

Bagaimana pun Ryan adalah laki-laki yang Sella cintai, sebelum pria itu menjadi bajingan seperti sekarang.

Sella terpaku sesaat ketika mobil Gavi memasuki pintu gerbang yang cukup tinggi dan besar, seorang pria paruh baya dengan seragam satpam menundukkan sedikit kepalanya pada Gavi, seakan memberi hormat.

Sella dibuat takjub ketika matanya memandang lingkungan yang ia lihat dari balik jendela mobil, baru kali ini Sella melihat rumah yang luasnya hampir sama seperti gedung presiden. Bangunan dengan gaya klasik dengan sebuah taman air mancur di bagian tengahnya itu membuat Sella merasa seperti memasuki rumah orang paling kaya di kota ini.

Gavi melirik Aldi yang tertidur di bangku belakang, membuatnya mendengus kesal. Pria itu menginjak rem dengan tiba-tiba, membuat tubuh Sella dan Aldi maju ke depan.

"Anjing!" umpat Aldi, seketika.

Sella yang untungnya memakai seat-belt lantas melirik Gavi.

"Gap, lo kalo mau mati jangan ngajak-ngajak dong! Pahala gue belum cukup buat masuk surga," omel Aldi sambil membetulkan posisinya.

"Gue izinin lo ikut bukan buat tidur. Turun, bantu bawa barang ke dalam," titah Gavi dan segera keluar dari mobil.

Sella buru-buru membuka seat-belt dan menyusul pria itu turun, menghiraukan Aldi yang masih bergumam kesal.

"Gue bisa bawa barang gue sendiri, kok," ujar Sella saat melihat Gavi sudah menuruni koper miliknya.

Ya, setelah keluar dari rumah sakit dan menyetujui tawaran Gavi, pria itu membelikan semua kebutuhan Sella mulai dari pakaian dan tetek-bengek lainnya.

Joan dan Aldi semakin dibuat kaget oleh sikap Gavi tersebut, pasalnya pria itu tidak seperti Gavi yang mereka kenal sejak malam dimana dirinya menolong Sella. Terlihat aneh, namun keduanya memilih bungkam.

"Gue tau," jawab Gavi.

"Yaudah sini biar gue aja, cuma dua koper kok,"

"Gak usah, biar dia aja. Nih," Gavi mendorong koper hitam yang ukurannya lumayan besar pada Aldi yang baru turun.

"Bawa ke dalam sana,"

Malas berdebat, Aldi hanya mencibir kesal namun tetap mematuhi perintah Gavi. Sella jadi merasa sungkan, gadis itu langsung menarik koper satunya dari tangan Gavi.

"Yang ini biar gue aja," ujarnya dan langsung mengikuti Aldi.

Gavi berdecak kesal, kemudian menutup pintu belakang mobil dan ikut masuk bersama Aldi dan Sella.

DEVIL LIKE AN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang