Gavi berdecak kesal ketika melihat dasinya yang tak kunjung rapih, padahal dia sedang terburu waktu saat ini karena akan ada meeting bersama teman bisnis Kakeknya pagi ini.
"Sial." Umpatnya dan memilih melempar dasi tersebut ke tempat tidur. Lebih baik dirinya bergegas sekarang, urusan dasi bisa belakangan. Gavi menarik tas kerjanya yang berada di atas tempat tidur, kemudian keluar dari kamarnya dengan langkah cepat.
Sella yang baru saja menaruh makanan buatan Bi Mari di atas meja langsung menoleh ketika mendapati Gavi sedang menuruni tangga dengan tergesa-gesa.
"Lo gak sarapan?" tanya Sella, membuat langkah kaki Gavi berubah pelan.
"Gue telat, makan di jalan aja. Bi Mari mana?"
"Itu di belakang, lagi bikin fuyunghai,"
Gavi mengangguk paham, dilihatnya ke arah meja ada segelas susu putih. Apakah itu milik Sella? Gavi tersenyum kecil. Sella yang merasakan ada yang berbeda dari tampilan Gavi hari ini langsung berpikir keras, seperti ada yang kurang.
"Lo gak pake dasi?"
Gavi menoleh pada kemejanya, kemudian menggeleng. "Ribet, jadi gue lepas aja. Nanti gue pasang di kantor. Gue berangkat ya, bilang sama Bi Mari."
Sebelum Gavi melangkah, Sella menahan lengan pria itu dengan cepat.
"Tunggu-tunggu, jangan pergi dulu. Tunggu bentar!" seru Sella, gadis itu segera berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Sedangkan Gavi berdecak kesal, sambil melirik jam tangannya. Tersisa waktu 1 jam lagi dari janji yang sudah ditentukan.
"Sella, gue mau meeting! Lo mau ngapain sih?"
"Iya, sabar," teriak Sella.
Tidak lama setelahnya gadis itu kembali muncul dengan sebuah kotak berwarna coklat, dibukanya kotak tersebut kemudian mengeluarkan isinya. Sebuah dasi berwarna abu-abu yang terlihat elegan, dalam hati Sella berucap kagum atas selera Indy dalam memilih warna.
"Dasi?" tanya Gavi, heran.
"Iya, nih buruan pake sekarang, gue mau lihat."
Gavi berdecak, "Sell gue udah mau telat."
"Pake dasi gak lama, Gavi. Cuma bentar doang, gak sampai 5 menit."
"Tapi gue kalau diburu-buruin gini gak bisa, Sell. Gue pake di kantor aja, sini." Gavi hendak mengambil benda itu dari tangan Sella, namun gadis itu menghindar.
Tanpa banyak bicara lagi, Sella langsung mendekati Gaci, kemudian mengalungkan dasi tersebut ke leher Gavi. Dibukanya kerah kemeja pria itu, lalu memposisikan dasi tersebut di sana.
Gavi yang sejak tadi mengoceh pun langsung terdiam begitu melihat Sella dengan serius memakaikannya dasi. Dengan jarak yang lumayan dekat ini Gavi bisa melihat wajah Sella dengan sangat jelas, bulu matanya yang pendek namun lentik itu terlihat sangat cantik, kemudian hidung yang tidak terlalu mancung serta bibir kecil yang terlihat penuh.
Seketika Gavi merasa dejavu dengan posisi ini. Pria itu mengerut heran ketika beberapa potongan kejadian secara samar muncul dalam ingatannya.
"Gav, lo buka mata lo bentar ini satu tangga lagi,"
"Sebenarnya berapa banyak lo minum sampai mabuk begini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL LIKE AN ANGEL
RomanceSella menggigiti kuku ibu jarinya berulang kali, jantungnya berdetak lebih cepat, matanya meniliti ruangan dengan rasa ketakutan, kepala gadis itu terasa penuh dengan bisikan-bisikan aneh. Sella memukul-mukul kepalanya beberapa kali, berharap suara...