Suasana pagi di hari senin memang tidak pernah membuat siapapun betah. Sama halnya dengan Gavi saat ini. Pria dengan kemeja abu-abu tersebut merasa terganggu dengan sosok yang baru saja bertamu ke kantornya.
"Kamu jangan bertingkah seakan semuanya milik kamu Gavi," ujar Dermis, sambil menatap sang putra dengan raut yang terlihat kesal.
"Kalau Ayah datang kesini hanya untuk membahas perihal Bian lebih baik pergi saja, aku gak punya cukup waktu untuk bahas hal yang sia-sia." Gavi menaikkan kaca mata radiasinya dan kembali melanjutkan pekerjaannya, mengacuhkan Dermis yang semakin meradang.
"Berani sekali kamu mengusirku yang sudah membopongmu untuk naik ke posisi ini, jangan arogan Gavi!" Dermis mendekati meja kerja Gavi, kemudian melempar tiga cetak foto Sella.
Gavi bergeming, diambilnya salah satu foto tersebut. Terlihat jelas disana Sella sedang tertawa sambil mengenakan dress berwarna biru langit yang sepertinya gadis itu gunakan kemarin. Foto ini adalah foto baru.
Dermis tersenyum remeh, "Bahkan kamu sudah berani memasukkan perempuan ke dalam rumahmu."
Rahang Gavi mengeras seketika.
"Bantu Bian, maka tidak akan aku ganggu kehidupan bebas mu," ujar Dermis.
Gavi tertawa sarkas, ditatapnya Dermis dengan ekspresi yang sulit di jelaskan. Hal itu tentu saja membuat Dermis tersinggung namun, Gavi tidak perduli. Saat ini dirinya bukanlah menertawakan Dermis melainkan menertawakan dirinya sendiri yang terlihat miris.
"Melihat gaya bicara Ayah saat ini pasti akan membuat siapapun yang mendengarnya akan mengira kalau Bian adalah anak kandung Ayah,"
"Gavi!"
"Mau sampai kapan aku harus membereskan kotoran yang anak itu buat, Yah?! Aku bukan motor sampah kalian! YKM bukan usaha milik Jwanda Grup dan Bian bukan saudara ku!" tegas Gavi, kali ini dirinya sudah berdiri dari posisinya dengan tangan mengepal.
Dermis menggeram, tentu saja. Wajah pria paruh baya itu sudah mengeras seperti batu, matanya juga menatap Gavi dengan sorot tajam.
"Sejujurnya yang kamu sebut sampah itu lebih baik daripada seseorang seperti mu. Bantu Bian, jangan sampai aku yang turun tangan," ujar Dermis kemudian, berlalu begitu saja meninggalkan ruang kantor Gavi yang suasananya tak lagi sama.
Seperti permukaan panas yang terkena cipratan air dingin, seketika emosi Gavi pun keluar begitu Dermis meninggalkan ruangannya.
"ARGH! ANJING!" teriaknya frustasi.
Nyatanya Gavi tetaplah lebih buruk dari sampah dimata Ayah kandungnya sendiri, sepertinya permintaan Jwanda perihal 'jangan ada keributan' tidak akan pernah bisa Gavi kabulkan jika sudah menyangkut Ayahnya.
Gavi kembali duduk di kursi kerjanya dengan tangan mengepal.
***
12 Tahun Yang Lalu
Pukul 20.00 tepat dimana harusnya acara akan dimulai, tapi terpaksa diundur karena Dermis tak kunjung hadir.
Hari ini adalah perayaan ulang tahun Gavi yang ke 17 tahun, pria itu terlihat manis dengan balutan kemeja dongker. Indri yang melihat putranya bercanda dengan teman-temannya pun tersenyum haru. Rasanya sangat tidak percaya melihat anaknya yang dulu selalu ia urus dengan penuh kasih kini tumbuh menjadi remaja yang sangat mengasihi banyak orang.
Gavi adalah sosok yang membuatnya mampu bertahan sejauh ini, bagi Indri putranya itu adalah sebuah pondasi kuat untuk dia tetap hidup. Maka itu, Indri akan berusaha untuk membuat pondasi itu tetap kokoh agar dirinya bisa lebih lama hidup di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL LIKE AN ANGEL
RomanceSella menggigiti kuku ibu jarinya berulang kali, jantungnya berdetak lebih cepat, matanya meniliti ruangan dengan rasa ketakutan, kepala gadis itu terasa penuh dengan bisikan-bisikan aneh. Sella memukul-mukul kepalanya beberapa kali, berharap suara...