Nasti menghembuskan napas beberapa kali, saat ini dirinya sedang mengatasi rasa gelisah yang luar biasa karena hari ini adalah sidang kasus Sella. Nasti menatap Sella yang duduk di sebelahnya dengan wajah menunduk sambil meremas kedua tangannya, sepertinya Sella juga sama gelisahnya dengan dirinya.
"Lo aman kan, Sell?" tanya Nasti, memastikan.
Sella yang mendapat genggaman hangat dari Nasti langsung mengangkat pandangannya, gadis itu tersenyum singkat.
"Aman," jawabnya.
"Gavi mana sih? Joan sama Aldi juga belum ada gue lihat dari tadi, awas aja kalau mereka telat!" gerutu Nasti, sambil melihat jam tangannya.
Sella yang mendengar nama Gavi kembali menunduk, sejak kejadian Gavi membentaknya beberapa waktu lalu, Sella maupun Gavi tidak pernah lagi berinteraksi secara langsung.
Sepertinya sudah tiga hari ini mereka juga tidak pernah mendapat momen untuk bertemu. Entah itu karena Sella yang berusaha untuk menghindari Gavi, atau pria itu yang memang sibuk dan jarang sekali berada di rumah.
Suara ketukan pintu disertai dengan pintu yang dibuka, membuat keduanya menoleh.
"Selamat pagi Non Sella, Non Nasti," ujar Pak Sam, selaku pengacara Sella.
"Pagi Pak," jawab keduanya kompak, sambil menjabat tangan Pak Sam bergantian.
"Sehubung dengan kemauan pihak kita, akhirnya kita mendapatkan izin agar bisa terpisah dengan terdakwa di ruang sidang nanti. Sebelum sidang dimulai apa ada hal yang ingin Non Sella tanyakan?"
Sella menggeleng, "Saya rasa tidak ada, Pak. Saya sudah paham karena Bapak menjelaskannya kemarin lalu." Pak Sam pun mengangguk paham, kemudian beralih menatap Nasti.
"Non Nasti sudah siap sebagai saksi korban?"
Nasti pun mengangguk semangat, "Saya siap, mati juga siap," jawabnya tak kalah heboh.
Pak Sam pun tertawa dibuatnya, sedangkan Sella tersenyum lebar melihat tingkah konyol sahabatnya itu. Bersyukur sekali dia punya sosok seperti Nasti sebagai pilarnya di kota ini.
"Pak Sam, apa Gavi sudah ada di depan?" tanya Nasti, sambil menunjuk arah pintu dengan jempolnya.
"Sepertinya saya hanya melihat Joan dan Aldi saja, tadi mereka berdua sedang bicara dengan beberapa polisi jadi tidak saya ajak untuk masuk ke sini. Tapi, kalau tuan Gavi saya belum ada lihat sama sekali, apa ada yang mau di sampaikan Non?"
"Oh, gak, gak ada. Saya pikir Gavi ada disini," ujar Nasti memelan, diliriknya Sella yang terlihat menampilkan ekspresi - kecewa kah?
"Baiklah, sampai jumpa di ruang sidang Non. Saya izin dulu," pamit Pak Sam yang langsung dijawab Sella dan Nasti dengan anggukan.
Seusai keluarnya Pak Sam dari ruangan, Sella kembali duduk di kursinya sambil menatap layar tv yang tersedia di ruangan tersebut, gunanya untuk menampilkan segala kegiatan persidangan yang akan berlangsung nanti.
Nasti menepuk bahu Sella, membuat sang empunya langsung menoleh dengan wajah heran.
"Lo ada masalah sama Gavi?" tanya Nasti, kelewat penasaran.
"Enggak, gak ada."
Jawaban Sella yang terkesan sangat cepat itu membuat Nasti semakin yakin kalau memang ada sesuatu di antara Gavi dan Sella.
"Gue gak tahu problem lo apa sama si Gavi tapi, gue harap lo bisa fokus sama kasus lo hari ini Sell. Apapun itu lo harus bisa pastikan kalau Ryan di penjara baru lo benar-benar bisa merasa bebas."
Sella menggigit bibir dalamnya. Ucapan Nasti adalah benar, saat ini tidak ada yang lebih penting daripada masalahnya sendiri.
Nasti mengelus surai halus Sella yang hari ini terikat dengan rapih, gadis itu pun memeluk sahabatnya dari samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL LIKE AN ANGEL
RomanceSella menggigiti kuku ibu jarinya berulang kali, jantungnya berdetak lebih cepat, matanya meniliti ruangan dengan rasa ketakutan, kepala gadis itu terasa penuh dengan bisikan-bisikan aneh. Sella memukul-mukul kepalanya beberapa kali, berharap suara...