[ SEBELAS ]

666 29 3
                                    

Gerimis kecil disertai hembusan angin malam menerpa tirai putih yang menjuntai bebas, Sella yang bergulung dalam selimut pun membuka matanya perlahan ketika angin malam berhasil menerpa wajahnya.

Sial, dia lupa tutup pintu balkon.

Sella mengubah posisinya menjadi duduk, matanya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 10 malam. Ternyata selama itu dirinya tidur. Setelah, pulang kerja tadi siang, Sella langsung menyatukan dirinya dengan tempat tidur karena tubuhnya sangat lelah.

Padahal ini entah sudah hari keberapa dia bekerja di hotel, tapi tubuhnya masih saja belum terbiasa. Sella menghela napas pelan, kemudian menyingkap selimutnya dan berjalan ke arah pintu balkon.

"Gerimis, pantes dingin," gumamnya, dan langsung menutup pintu kaca tersebut ketika tempias gerimis mulai membasahi betisnya.

Sella berdecak ketika perutnya berbunyi, dia lupa kalau dirinya belum makan malam. Dengan langkah yang terpaksa Sella keluar dari kamarnya menuju lantai bawah. Padahal, belum lama dirinya tinggal di mention Gavi, tapi entah kenapa Sella sudah merasa nyaman dengan tempat ini. Lihatlah sekarang, dengan santainya dia mencari stok mie goreng yang tersedia di lemari dapur.

Terkadang Sella sedikit bersyukur karena dirinya di tampung oleh orang berkecukupan seperti Gavi, apalagi rumah ini seperti tidak pernah kehabisan stok makanan.

"Pancinya dimana ya? Pake wajan aja apa ya? Sutil mana? Oohh, pake garpu aja," ujarnya pada diri sendiri.

Tidak butuh waktu lama Sella sudah menyajikan mie goreng tersebut ke atas piring. Ini bukan mie goreng yang pakai sayur dan semacamnya, Sella hanya merebus mie tersebut kemudian menaruh bumbu yang memang tersedia di dalam bungkusnya. Ya, se-simpel itu. Lagipula, ini makanan yang sering dia makan setiap akhir bulan saat di apartemen dulu.

Sella tersenyum puas, kemudian berjalan ke arah meja makan.

Kemana semua orang? pikirnya, ketika melihat tidak ada satupun suara manusia yang berada di sekitarnya. Bahkan, Bi Mira - wanita paruh baya yang membantunya saat pindahan kemaren juga tidak terlihat.

"Iya sabar, gue ambil minum dulu," ujar Sella sambil mengelus perutnya yang kembali berbunyi.

Sella mengambil air dingin dari dalam kulkas, kemudian hendak membalik namun tubuhnya tersentak kaget ketika mendapati Gavi yang berdiri di belakangnya dengan wajah yang tanpa ekspresi. Sella menghela napas, pelan.

"Bisa gak, kalau muncul itu pake suara? Minimal manggil kek,"

"Lo aja yang terlalu asik sama dunia lo," balas Gavi sambil menggeser tubuh Sella yang masih di depan kulkas. Tangan pria itu mengambil sekaleng soda, kemudian melangkah ke salah satu kursi makan.

Sella mendengus, kemudian ikut duduk bersama Gavi di ruang makan. Dirinya sudah mulai mengunyah mie goreng miliknya, menghiraukan Gavi yang masih terdiam dan terlihat tidak peduli. Masa bodoh, jangan harap dia mau menawari pria itu untuk makan bersama. Sella tidak sebaik itu.

"Laporan soal pacar lo udah di terima kepolisian, sekarang status pacar lo jadi buronan," ujar Gavi menginterupsi kegiatan Sella.

"Secepat itu?" tanya Sella, takjub.

Bukan apa, dari yang sering ia lihat di berita biasanya kasus-kasus seperti ini akan berjalan sangat lambat dan sulit. Melihat banyaknya laporan kasus, pasti membuat pihak berwenang butuh banyak waktu untuk mencari jalan keluar.

Tapi lihat ini, dalam tempo yang belum satu bulan saja Gavi sudah berhasil membuat Ryan menjadi buronan.

"Kenapa? Lo gak siap pacar lo di penjara?" sarkas Gavi.

DEVIL LIKE AN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang