Setelah melewati hari penuh dengan dinamika permasalahan kasus Sella, akhirnya gadis itu benar-benar bisa merasa lega dimana pun. Tidak ada lagi rasa takut akan Ryan karena pria itu sudah berada di jeruji besi sekarang, bahkan Sella sudah berani untuk pergi kemana saja tanpa ditemani oleh Nasti, Gavi atau pun Joan dan Aldi.
Seperti saat ini, gadis itu bersenandung kecil sembari pengganti pakaian kerjanya di ruang ganti. Shift kerjanya selesai hari ini, tepat di pukul 2 siang.
Sella mempunyai tiga shift dalam pekerjaannya, dimulai dari shift pagi pukul 6 pagi hingga 2 siang, kemudian lanjut shift siang dari pukul 2 siang hingga 10 malam, lalu terakhir shift malam dari pukul 10 malam hingga 6 pagi.
Gerakan Sella berhenti ketika melihat Indy masuk ke ruang ganti dengan tergesa-gesa.
"Lo hari ini kerja di rumah Pak Direktur gak?" tanya Indy, dengan senyum sok manisnya.
Setelah kejadian Indy yang mendapati kalau Sella kenal dengan Gavi, mau tak mau Sella pun menipu gadis itu kalau dirinya merupakan pembantu di rumah Gavi. Sangat tidak masuk akal kalau dirinya menjelaskan semuanya pada Indy, apalagi jika melihat pribadi Indy yang suka bergosip. Sangat berbahaya untuk reputasi Gavi sebagai seorang direktur.
Saat itu Indy sempat tidak percaya karena di foto itu dirinya dan Gavi terlihat sangat akrab, namun Sella berhasil meyakinkan Indy dengan segala tipu daya yang ia pelajari dari Nasti saat di tempat kerjanya dulu. Sepertinya nanti dia harus berterima kasih pada Nasti.
"Woy, ditanyain malah melamun,"
Sella menghela napas pelan, tidak ada waktu untuk dirinya berpikir. Gadis itupun mengangguk.
"Iya, gue lanjut kerja disana."
"Gue titip ini boleh gak?" Indy memberikan sebuah kotak berukuran kecil dengan warna coklat pada Sella.
"Apa ini?"
"Bilang aja hadiah dari pengagum rahasia," Indy tersenyum malu, sambil menyelipkan anak rambutnya ke belakamg telinga.
Sella tertawa sumbang, "Are you kidding, me?"
"Engga, gue serius," Indy mengubah wajahnya menjadi serius. "Untuk ke depannya gue perlu bantuan dari lo Sell, ini demi masa depan gue," katanya.
Lagi-lagi Sella dibuat tidak percaya dengan sikap parlente milik Indy jika sudah menyangkut Gavi. Apakah sekarang dirinya dijadikan sebagai cupid dadakan oleh Indy?
Sella menggeleng tidak setuju, gadis itu kembali menyerahkan kotak itu pada Indy membuat sang empunya langsung menatap Sella dengan raut heran.
"Gak, gak bisa! Lo aja yang kasih sendiri sama doi." Indy menggeleng kuat, kembali diserahkannya kotak tersebut ke Sella.
"Gue gak bisa Sell, nyium wangi dia di lobi aja gue udah kejang-kejang apalagi berhadapan langsung coba?! Terus kalau gue yang kasih langsung, itu namanya bukan pengagum rahasia dong tapi, tukang paket. Tolongin gue ya? ya?"
Sella menghembuskan napas kesal, dirinya enggan melakukan ini tapi, dia juga tidak tega melihat wajah memelas Indy.
"Yakali gue bilang dari pengagum rahasia? Gak banget, Ndy..."
"Yaudah, terserah lo. Mau bilang nemu di jalan kek, apa kek, terserah yang penting itu barang diterima sama Pak Direktur. Kalau bisa sih di pake sekalian," ujar Indy, lagi-lagi tersenyum salah tingkah.
Sella menggeleng tidak habis pikir. Pesona orang tampan seperti Gavi itu memang sangat merepotkan sekitar. Menyebalkan.
"Oh iya, lo kerja di rumah Pak Direktur berarti sering jumpa sama Komisaris Jwanda dong?" tanya Indy, menginterupsi kegiatan Sella yang sedang mengunci lokernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL LIKE AN ANGEL
DragosteSella menggigiti kuku ibu jarinya berulang kali, jantungnya berdetak lebih cepat, matanya meniliti ruangan dengan rasa ketakutan, kepala gadis itu terasa penuh dengan bisikan-bisikan aneh. Sella memukul-mukul kepalanya beberapa kali, berharap suara...