[ TUJUH ]

857 25 4
                                    

⚠️ WARNING!! (18+)

(kalimat yang di garis miring adalah flashback awal mula Nasti dan Gavi/dkk bisa saling kenal 🙏)

Happy reading! ^-^

***

Suara yang dihasilkan dari lumatan panas dua sejoli itu menggema di lorong kamar hotel, entah siapa yang memulai duluan, tapi Gavi merasa terpancing untuk melumat lebih dalam.

Pria itu menarik tengkuk Nasti dan mengigit bibir gadis itu agar terbuka. Lidahnya mulai mengeksploitasi mulut dalam gadis itu, seolah tidak memberi jeda bagi Nasti untuk membalas.

Segala pikiran dan masalah yang Gavi alami perihal keluarganya, pria itu salurkan dalam ciuman tersebut. Nasti memukul bahu Gavi ketika dirinya mulai kehabisan napas, namun pria itu masih terus menghajar bibirnya, tangan Gavi mulai mengelus lembut leher gadis itu, kemudian turun ke arah kancing bagian atas seragam Nasti.

Nasti panik? tentu saja! Dirinya memang senang berciuman dengan orang yang ia suka selama tiga bulan ini, tapi bukan berarti harus mati konyol karena berciuman kan?

Dengan sekali hentakan, Nasti mendorong tubuh Gavi. Membuat lumatan itu berhenti seketika, keduanya sama-sama menarik napas.

Setelah kesadarannya sudah kembali, Gavi langsung mengusap wajahnya kasar. Sial, sepertinya dia sudah gila.

"Pergi," ujar pria itu, terdengar dingin.

Nasti yang masih berusaha mencari napas segar, lantas menatap Gavi dengan tidak percaya.

Apa dirinya baru saja di usir?

"Gue bilang pergi!"

Nasti langsung menampar Gavi, membuat pria itu terpaku. Dengan tangan gemetar, Nasti memundurkan tubuhnya.

"Lo pikir gue cewe apaan?"

Sialan! Emosi Gavi sedang tidak stabil sekarang, mendengar kalimat Nasti mengingatkan pria itu akan ucapan Ayahnya pada sang Bunda. Gavi menatap Nasti, mata gadis itu menunjukkan sorot kecewa.

"Sorry, gue gak maksud -"

Tidak mau mendengarkan penjelasan Gavi, Nasti langsung pergi melewati tubuh pria itu. Namun, baru beberapa langkah kakinya menjauhi tubuh Gavi terdapat Joan dan Aldi yang menatapnya dengan ekspresi berbeda.

"Nas," panggilan Joan dihiraukan gadis itu, kakinya terus melangkah menjauhi ketiganya.

Ya, sedari awal memang tidak seharusnya ia jatuh hati pada pria yang notabene baru tiga bulan ia kenal di tempatnya bekerja ini. Bahkan, mereka tidak punya status yang jelas untuk sekedar bercumbu.

Dirinya juga hanya tahu sebatas nama dan teman-teman pria itu saja.

Lihat sekarang, siapa yang menanggung malu dalam masalah ini? Tentu saja dirinya sendiri.

Dan setelah hari itu, baik Gavi maupun Joan dan Aldi, tidak lagi melihat keberadaan Nasti di hotel tersebut. Gavi yang memang dasarnya merasa bersalah, memilih untuk tidak mencari tahu keberadaan Nasti.

DEVIL LIKE AN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang