Sella menatap kalender yang berada di meja riasnya dengan senyum getir. Waktu seakan cepat berlalu dan tanpa Sella sadari sudah banyak yang berubah dalam hidupnya sejak tiga bulan yang lalu.
Tiga bulan sudah dirinya lewati bersama Gavi di tempat ini dan status Ryan masih menjadi buronan. Entah dimana pria itu bersembunyi hingga pihak yang berwenang sedikit sulit mencari keberadaannya.
Sella hanya berharap semoga akhir tahun nanti, sebelum janji Gavi genap 6 bulan, Ryan benar-benar sudah berada di sel penjara.
Suara ketukan pintu kamarnya membuat Sella tersentak, dengan langkah cepat ia langsung membuka pintu kamar.
"Gavi?"
"Di bawah ada makanan," ujar pria itu dengan wajah yang terlihat datar.
Sella menyipitkan matanya heran, "Lo pasti mau nyuruh-nyuruh gue kan makanya beli makanan buat gue?"
Gavi memutar matanya malas, beginilah jadinya kalau isi otak manusia penuh dengan burung sangka.
"Mau lo makan ya silahkan, kalau gak mau juga bukan urusan gue," Gavi langsung bergegas ke kamarnya, meninggalkan Sella yang mulai sibuk menutup pintu kamarnya.
Gavi tersenyum remeh, modal perut kaya Sella mana bisa menolak makanan gratis. Gavi paham betul karena dia punya teman yang jenisnya sama dengan Sella, siapa lagi kalau bukan Aldi.
"Bi Mira, Gavi bawa apaan?" heboh Sella ketika sudah sampai di meja makan dan mendapati beberapa makanan yang sudah tersedia di wadah.
"Ini, Den Gavi tadi bawa..."
"Gavi punya rumah makan ya Bi?" potong Sella, sambil menyomot tempe goreng tepung yang terasa sangat enak di lidahnya. Padahal hanya tempe.
"Bukan, Non. Ini tadi dibawa sama Den Gavi dari rumah Kakeknya."
Sella yang semula sibuk memasukkan segala jenis makanan ke mulutnya langsung berhenti dengan mulut yang sudah penuh, matanya menatap Bi Mira dengan serius.
"Ngumbah Ghakekna?"
"Telan dulu, Non. Pelan-pelan makannya, udah kaya orang kelaperan aja."
Sella mengunyah makanannya dan menelannya bersamaan dengan air putih, gadis itu langsung mendekati Bi Mira dan membantu wanita itu memindahkan makanan ke wadah yang tersedia.
"Kakek Gavi masih ada, Bi?"
Bi Mira mengangguk, "Ya ada, Non. Emang Non pikir si Aden sebatang kara apa?"
Sella mengangguk polos, "Iya. Aku pikir si Gavi yatim piatu kaya aku," jawabnya.
Bi Mira langsung memukul Sella, membuat gadis itu meringis. Hal ini sudah biasa Bi Mira lakukan karena wanita itu sudah menganggap Sella seperti anaknya, begitu pula Sella yang menganggap Bi Mira seperti Bibinya di kampung.
"Sakit Bi! Lagian siapa coba yang gak mikir gitu, liat aja rumah segede ini isinya cuma dia doang. Ibunya gak pernah keliatan, Ayahnya juga, apalagi Kakeknya. Gak salah dong aku?" sungut Sella, kali ini dengan tangan yang mengcuil bumbu rendang yang tersisa disisi wadah tupperware.
Jorok adalah nama tengahnya Sella.
Bi Mira menghela napas pelan, sepertinya dia harus menjelaskan sedikit pada Sella agar gadis itu bisa membawa diri jika berhadapan dengan nyonya besar.
"Aden sudah tinggal sendiri sejak SMA, Non. Den Gavi sudah Bibi kenal sedari kecil, dia anak yang mandiri dan tidak suka diatur. Keras kepalanya sama dengan Kakeknya,"
Sella mulai tertarik dengan cerita Bi Mira, tentu saja dengan mulut yang masih mengunyah.
"Berarti tempat yang aku tinggali saat ini punya Kakeknya Gavi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL LIKE AN ANGEL
RomanceSella menggigiti kuku ibu jarinya berulang kali, jantungnya berdetak lebih cepat, matanya meniliti ruangan dengan rasa ketakutan, kepala gadis itu terasa penuh dengan bisikan-bisikan aneh. Sella memukul-mukul kepalanya beberapa kali, berharap suara...