[DUAPULUH]

385 12 1
                                    

"Nasti lo curang!" seru Aldi, pria itu langsung menjauhkan botol alkohol dari Nasti, "Kan perjanjiannya lo boleh minum kalau lo gamau jawab pertanyaan gue. Kan gue belom nanya!" sungut Aldi.

Nasti memutar matanya malas, dia sudah yakin kalau pertanyaan Aldi tidak berbobot itu sebabnya dia langsung meminum minumannya sebelum pria itu bertanya.

"Gue tahu isi otak lo, makanya gue minum. Udah buruan, next Jo, giliran lo yang mutar botolnya."

Aldi langsung menarik tangan Joan yang hendak memutar botol alkohol yang sudah kosong di atas meja.

"Gak bisa! Gue belum nanya, Sella lo di tim gue kan?" tanya Aldi, sepertinya dia butuh tim yang kuat untuk melawan Nasti.

Sella pun terkekeh ketika melihat Nasti yang sudah mendengus kesal, sedangkan Aldi yang mulai mendekatinya dengan wajah memelas.

"Lo gak penasaran sama pertanyaan gue Sell? Pliss, di tim gue ya, ya, ya?"

Sella pun mengangguk pasrah, membuat Nasti menyikutnya dengan keras.

"Hehe, sorry Nas. Lagian, ini cuma permainan masa lo gamau suportif sih?"

Aldi mengangguk setuju, "Gimana lo mau jadi orang kaya kalau beginian doang gak suportif, yakan Sell?"

"Apaan, gak ada ngaruhnya anjir! Yaudah buruan lo mau nanya apa, awas aja kalau gak penting," dengus Nasti.

Aldi pun tersenyum senang, dia menyikut Joan yang terlihat tenang di posisinya. Entah kode apa yang pria itu berikan pada Joan, yang jelas saat ini keduanya terlibat dengan bisikan tidak jelas disertai gerakan alis yang naik turun.

Nasti yang tidak sabar langsung melempar Aldi dengan es batu bekas dari mulutnya, "Lo jadi nanya apa gak?" desak Nasti.

"IH! Lo jorok amat sih, Nas!" pekik Aldi heboh, sedangkan Joan tertawa puas ketika melihat pipi Aldi yang basah.

"Oke, pertanyaan gue buat lo adalah..." Aldi sengaja menjeda kalimatnya, membuat Nasti hendak mengeluarkan es batu dari mulutnya kembali, "Iya sabar! Pertanyaan gue, lo masih suka sama Gavi apa gak?"

Seketika saat itu juga Joan langsung menjauh dari Nasti, begitu pula Aldi. Keduanya takut kalau tiba-tiba saja Nasti melempar mereka dengan botol kaca.

Sedangkan Sella yang mendengar pertanyaan Aldi langsung mengerut heran.

Apa maksudnya itu?

"Kan gue yakin lo bakal nanya ke arah sana," Nasti menghela napas kesal, "Kayanya gue harus klarifikasi sama lo bedua deh," ujarnya.

"Gue udah gak ada rasa sama Gavi, gue juga udah punya pacar. Plis deh, Di, pertanyaan lo bocah tau gak?"

Aldi yang dicela itupun kembali ke posisi awal dengan bibir yang dimajukan, "Kali aja lo masih suka sama si Gapi. Yakan Jo?"

"Gak, gue gak ikutan."

"Joan! Kok lo gitu?"

"Memang gue gini, mau apa lo?"

"Gitu lo mentang-mentang utang lo udah lunas sama gue,"

Sella yang sejak tadi bingung pun langsung menaruh gelas minumannya dengan kasar ke atas meja, membuat ketiga temannya menatap dia dengan terkejut.

"Lo pernah suka sama Gavi? Maksud gue, kapan? Kok bisa?" tanya Sella.

Belum sempat Nasti membuka mulut, Aldi sudah membeberkan kartunya lebih dulu pada Sella.

"Dulu si Nasti kan magang di hotel tempat lo kerja Sell, terus dia jatuh hati sama si Gapi yang waktu itu masih jadi manajer. Terus mereka apa tuh sebutan jaman sekarang Jo?" tanyanya pada Joan yang lagi-lagi menggeleng tidak mau tahu.

DEVIL LIKE AN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang