Ch. 28 | For The Third Times

19 12 0
                                    

Bunga merupakan lambang keindahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunga merupakan lambang keindahan. Semua orang pasti menyetujui itu. Karena keindahan inilah, tidak ada yang tidak menyukainya, dan sangat cocok disandingkan dengan kaum wanita. Shiroichi sempat berpikir, bahwa wanita dan bunga adalah satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan. Sama-sama cantik. Sama-sama indah.

          Ia berpikir begitu, ketika pertama kali melihat ibunya menanam bunga lili di halaman rumah. Kala itu sepertinya kisaran umur lima tahun. Sembari bermain ayunan yang ia goyangkan sendiri, netra Shiroichi terus tertuju pada ibunya. 

          Gaun panjang tanpa lengan berwarna putih melekat sempurna di tubuh ramping sang ibu. Rambut panjangnya bergelombang indah, dihiasi penjepit bunga di sisi kanan. Senyum terekah sempurna pada wajah cantiknya kala mendekatkan kelopak lili pada indra penciumannya. 

          Shiroichi terkesima. Sosok ibunya, bahkan terlihat lebih indah daripada sekumpulan lili di kebun itu. Anugerah surgawi seolah melintasi pandangannya saat ini.

          Perlahan-lahan, gerakan ayunan Shiroichi memelan. Ia seolah sedang terhipnotis dan tidak bisa melakukan hal lain, selain menatap sang ibu.

          Dan baru tersadar ketika sang ibu menoleh. Beradu tatap dengannya. Ibu Shiroichi tersenyum. Kelopak matanya terkatup dalam senyum itu. Lalu, berjalan ke arah Shiroichi sambil membawa satu tangkai lili yang tadi ia petik.

          "Shiroichi suka bunga ini? Namanya lili."

          Netra Shiroichi beralih ke setangkai lili yang disodorkan padanya. Warna putihnya persis seperti gaun yang dikenakan sang ibu, dengan campuran kuning dan hijau di tengah-tengah. Enam kelopaknya seperti konfeti yang menyembul dari dalam tabung, lantas merekah keluar. 

          Shiroichi mengambil lili itu. Sontak ia dekatkan ke hidung seperti yang dilakukan ibunya. Menghirup pelan, lalu daun hidungnya tampak mengempis.

          Sang ibu terkekeh melihat ekspresi lucu anaknya.

          "Bagaimana aromanya menurutmu? Harum, 'kan?"

          "Aromanya kuat sekali." Shiroichi bersungut-sungut seraya menggosok pelan hidungnya. "Seperti ada pedas ... dan manis yang bercampur."

          "Tepat sekali." Sang ibu mengelus-elus puncak kepala Shiroichi. "Makanya aku menyukai lili. Karena di balik tampilannya yang elegan, ia menyimpan sesuatu yang tidak diprediksi orang lain. Sangat mengejutkan untuk yang pertama kali mengetahuinya, tetapi akan terasa menyenangkan dan begitu harum ketika sudah mengenalnya."

          Shiroichi mengerjap-ngerjapkan mata. Ia tidak begitu paham dengan yang diutarakan sang ibu, tetapi ia yakin itu suatu pernyataan yang cemerlang.

          Pandangan Shiroichi tertuju lagi pada sekumpulan lili di depan sana, di sudut halaman rumahnya. Mereka bergerombol mendominasi kebun yang tergolong kecil, meski rumah Shiroichi sebetulnya sangat besar.

You are My Dogwood [Extended Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang