Ch.14 | Encounter

126 32 7
                                    

"Die perfekte Wahl!" (Pilhan yang tepat!)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Die perfekte Wahl!" (Pilhan yang tepat!)

          Si pemilik suara tersentak sendiri setelah mengucapkan kalimat tadi. Lirikannya bergeser pada gadis berkacamata di sisi kiri, harap-harap cemas pada reaksi yang akan ia dapatkan.

          "Maaf, saya sering tidak sadar berucap dalam bahasa ibu kalau sedang senang atau mengagumi sesuatu."

          Lawan bicaranya justru terkekeh memaklumi. Sebetulnya sudah lumayan sering medapati wanita berdarah Jerman ini bersikap demikian, jadi lambat laun siapa pun akan terbiasa. 

          "Minna-sensei, Anda tidak perlu meminta maaf begitu, kok."

          "Oh, tentu harus." Tangan kanan wanita bernama Minna ini terangkat ke depan bersiap-siap menjadi alat bantu penjelasannya, sementara ibu jari dan telunjuk kirinya masih mengapit bunga gazania dengan hati-hati. "Begini, Mizuki-san, saya sering tidak enak hati kalau melihat orang-orang yang meringis sedih saat tanpa sengaja saya berbicara menggunakan bahasa ibu."

          Mizuki mengangguk-angguk sambil tetap tersenyum, menatap gurunya dengan geli. Minna Rosamund, guru keseniannya ini memang lahir di Jerman tetapi kini sudah menetap di Jepang. Guru yang seringkali terlihat konyol dan serius secara bersamaan. Namun, Mizuki suka dengan orang-orang yang seperti ini, karena ia memang membutuhkan orang seperti Minna-sensei sebagai pelengkap dirinya yang pendiam dan pemalu.

          "Saya sangat suka tiap kali Sensei bicara dalam Bahasa Jerman. Itu menambah kosakata bahasa yang saya punya."

          "Sungguh? Es ist cool!" Mendengar itu, kedua mata Minna-sensei yang bulat pun berbinar. "Kalau begitu, saya bisa bebas berekspresi, ya. Nanti saya jelaskan juga bahasa Jepangnya." Ia mengerling, kemudian teringat lagi dengan topik utama. Bunga gazania. Seharusnya bunga itu yang mereka bicarakan.

          "Nah, Mizuki-san, saya kagum sekali dengan pemilihanmu untuk mempercantik kebun sekolah ini. Instingmu pada bunga begitu kuat. Bunga gazania dengan corak uniknya sangat cocok mewarnai kebun sekolah kita yang monoton." Minna-sensei mendekatkan hidungnya demi menghirup bunga itu, meski sebenarnya tak tercium aroma apa pun. Kalau tidak berlaku begitu saat sedang meneliti bunga rasanya kurang lengkap. "Memang kau benar-benar cucu Ume-san, ya. Sangat pantas."

          Pipi Mizuki yang tirus merona. Tersipu malu atas pujian dari sesuatu yang telah dikerjakan dengan baik adalah hal yang biasa ia ekspresikan. Terlebih pada kemampuannya dalam berkebun atau merangkai bunga, yang dipelajari sedari kecil dari neneknya.

          Nenek Mizuki memang dikenal sebagai ahli bunga yang handal. Jika ada yang menyandingkannya dengan sang nenek, tentu Mizuki amat merasa bersyukur, meski ia pun tahu bahwa kemampuannya belum lah bisa disetarakan.

          "Hontou ni arigatou gozaimasu." (Terima kasih banyak.) Gadis ini membungkukkan tubuh. "Saya sangat senang kalau Sensei suka."

          "Sekarang mari kita tanam bibit-bibitnya." 

You are My Dogwood [Extended Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang