"Namaku Mizuki. Hanaya Mizuki. Nama yang berhubungan dengan bunga."
Shiroichi membuka mata perlahan. Cahaya lembut mentari pagi membiasi tirai jendela kamarnya, hingga seakan berwarna cokelat keemasan. Pupil hitam yang tersimpan dalam mata almond-nya menangkap debu yang beterbangan pada berkas cahaya dari hasil pembiasan itu.
Tak berapa lama, dering jam digital meringkik, berhasil mengalihkan perhatian Shiroichi ke sana. Ia pun mengangkat punggung dan menekan tombol yang dapat membungkam kebisingan itu. Lalu, desahan napas berat terembus.
Gadis itu.
Berkat kejadian semalam, bisa-bisanya gadis itu muncul ke dalam mimpi Shiroichi, bersandingan dengan dua wanita lain yang pernah hadir di kehidupannya dan menorehkan luka. Tapi kalau dipikir-pikir, ini bukan suatu kemalangan apalagi keberuntungan. Ini merupakan peringatan lantaran ia sempat terlena sesaat. Sekaligus pertanda, bahwa tidak ada wanita yang berhak mendapatkan hati dan perasaannya.
Shiroichi beranjak bangkit ke arah walk-in closet. Ia menggeser pintu lemari, lalu mengambil piyama mandi untuk dikenakan, menggantikan pakaian tidurnya. Saat sudah berada di dalam kamar mandi—yang menjadi satu kesatuan dengan ruang tidur, ia menapakkan tangan pada wastafel, lantas bercermin. Netranya menatap lurus pada wajah yang terpantul itu. Lebam menghiasi sudut bibir serta pelipis. Tampak amat jelas tercetak pada wajah tampannya. Namun, Shiroichi tahu luka-luka itu tidak mengurangi pesona dirinya.
Ia tersenyum. Berlagak ramah pada pantulan dirinya di cermin. Memastikan, bahwa pesonanya tidak luntur. Meski demikian, sepertinya akan lebih baik jika ia kenakan suatu aksesori yang seolah menutupi luka, tetapi justru menjadi penambah karismanya.
Otaknya melayang pada satu benda, dan ia penasaran bagaimana reaksi para wanita di sekolah.
***
Shiroichi membuka lokernya, lalu dikejutkan oleh setangkai bunga menyembul dari dalam. Ah, Shiroichi lupa mengunci lokernya. Kalau sudah begini, biasanya mendadak dipenuhi dengan benda-benda tak penting temasuk surat dari penggemar rahasia. Lihat saja. Shiroichi menatap prihatin pada lokernya yang malang.
Namun, satu tangkai bunga yang menyambutnya tadi adalah satu-satunya benda yang menarik perhatian. Tentu saja karena jenisnya. Dogwood. Bunga pertama yang ia sukai dan entah apakah sekarang masih disukai atau tidak. Ia masih sering mendatangi pohon dogwood di kebun rumah. Masih beberapa kali memetik bunganya untuk kemudian ditatap di tengah rasa sedih dan terpuruk.
Shiroichi, memang membenci orang yang telah mengenalkan dogwood padanya. Tetapi entah bagaimana ia tidak bisa membenci dogwood.
Jemarinya meraih tangkai bunga itu. Ia hirup aroma semu, merasakan kehadiran sesuatu yang membangkitkan amarah sekaligus rasa sedih secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are My Dogwood [Extended Ver.]
RomanceTakasugi Shiroichi sudah tidak mau lagi menaruh harapan pada cinta. Ia menjadi seorang Casanova demi mempermainkan hal itu, mempermainkan kaum wanita yang telah menghancurkan kehidupannya. Hanya satu yang saat ini mampu menyelamatkan Shiroichi dari...