Ch.1 | Father's Anger

403 76 95
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


PLAK!

          Tamparan yang cukup keras mendarat di pipi Takasugi Shiroichi, seorang bocah berumur sembilan tahun. Pipinya yang ranum terlihat semakin merah. Perih membakar terasa hingga menjalari telapak tangannya yang kecil kala memegangi bagian itu.

          "Kenapa kau selalu saja membuat masalah?! Setiap hari, setiap saat .... Kau ingin membunuh ayah?!"

          Tenggorokan Shiro tersekat. Jantung berdegup amat cepat dan keras sampai rasanya memekakkan telinga. Ia hanya mampu bergeming, menunduk seraya menahan sakit akibat tamparan tadi maupun dalam rongga dadanya.

          "Apa kau tidak bisa bersikap seperti anak-anak normal lainnya sedetik saja? Kali ini ayah sungguh malu dengan kelakuanmu! Ganti rugi atas kekacauan itu bukanlah masalah besar. Yang menjadi masalah utamanya adalah, rasa malu saya karena memiliki anak seperti dirimu!"

          Kalimat terakhir itu tidak lagi membuat jantung Shiro berdegup cepat, melainkan seolah berhenti berdetak. Pertahanan untuk berdiri tegar di sana pun runtuh. Tubuhnya bergetar, sementara kata-kata tajam terus menusuki hatinya yang teramat lemah.

          Shiroichi sudah tidak sanggup jika harus mendengar amarah itu lebih lama lagi.

          Maka dengan segera ia memutar tubuh, membawa kakinya melesat naik, melewati anak tangga menuju kamar paling ujung di lantai dua.

          "Hei, Shiro! Ayah belum selesai bicara! Siapa yang mengajarimu berlaku tidak sopan begini? Shiroo!!"

          Derap langkah kaki yang berlarian terdengar di sepenjuru lantai. Meski agak tertatih dan dengan penglihatan yang setengah buram, Shiroichi tidak mau memelankan lajunya. Beberapa ruangan terlewati. Beberapa pelayan rumah bak istana ini menyaksikan kejadian menyedihkan itu, tetapi hanya dapat menatap prihatin.

          Sesaat sebelum napas terasa hilang, Shiroichi membuka pintu kamarnya dengan kasar, lantas membanting pintu itu keras-keras.

          Segera ia empaskan tubuh ke atas ranjang. Tidak peduli meski pakaiannya masih basah, berlumuran kuah kare yang aromanya cukup menyengat. Ia peluk bantal demi memberi kehangatan semu. Samar-samar masih terdengar teriakan ayah dari lantai bawah.

          Ngilu terasa di sekujur tubuh ringkih itu. Masih belum pudar, sekarang ditambah rasa perih di pipinya. Tetapi siapa yang peduli? Ini memang konsekuensi atas kekacauan yang ia perbuat di pesta perjamuan kolega tadi siang.

          Kalau diingat-ingat lagi ... itu adalah pertama kalinya sang ayah mengajak Shiroichi datang ke pesta.

          "Ayah tidak akan mengajakmu jika bukan karena permintaan klien," ucap Takasugi Jinjo pada malam sebelumnya, terdengar dingin dan tanpa mengekspresikan apa pun pada tatapan yang mengarah ke jendala. "Jadi kau harus menjaga sikap. Jangan membuat ayah malu."

You are My Dogwood [Extended Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang