Ch.23 | Desperation

92 23 16
                                    

Tungkai shiroichi meniti jalanan yang sudah mulai sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tungkai shiroichi meniti jalanan yang sudah mulai sepi. Cahaya neon dari pertokoan dan lampu jalan menyoroti sepanjang langkahnya. Entah kemana hendak bertujuan, hingga sekarang pun ia masih belum tahu. 

          Biasanya Shiroichi akan menghabiskan waktu dengan bermain bisbol saat sedang kesal, atau ketika mood-nya super turun. Teman-teman di klub terutama Takeuchi selalu bisa membuat suasana hatinya membaik. Kadang kala, ada saja kelakuan teman-temannya yang membuat ia tertawa. 

          Tapi sekarang sudah malam. Meski belum lewat dari ketentuan jam malam bagi remaja seusianya, Shoichi yakin teman-temannya itu saat ini sedang menghabiskan sisa-sisa waktu mereka bersama keluarga, bercengkerama hangat sebelum tidur. Jadi, ia tidak mau mengganggu mereka di saat-saat berharga itu.

          Sebetulnya bisa saja bermain sendiri dengan mesin pemukul bisbol. Tapi tentu tidak akan seru. Ini mungkin akan jadi pilihan terakhir jika ia sama sekali tidak bisa memikirkan kegiatan lain lagi.

          Melewati persimpangan, Shiroichi melihat dua orang laki-laki yang berbelok, kemudian berjalan di depannya. Mereka mengenakan kemeja serta celana formal, menyelempangkan tas dari bahu juga jas hitam tersampir di bahu itu.

          "Haaah ... akhirnya kita bisa pulang lumayan cepat dari biasanya. Jadi kita bisa rehat lebih awal. Tapi, rasanya aku belum mau pulang. Aku mau ke tempat yang bisa menghilangkan penat dulu."

          "Aku juga. Bagaimana kalau kita minum sake? Sudah cukup lama kita tidak minum-minum begitu karena akhir-akhir ini selalu pulang larut. Aku tahu bar di dekat sini yang punya sake super lezat."

          "Wah ... itu ide bagus!"

          Shiroichi yang berada persis di belakang mereka, mau tak mau jadi mendengar percakapan itu. Matanya seolah berkilat terkena cahaya lampu tatkala ide yang seharusnya tidak ia dengar terucap. Kata 'bar' dan 'sake' cukup asing dalam kamusnya. Namun entah mengapa, kakinya tak bersinkronisasi dengan akal sehat, sampai memutuskan sendiri untuk mengikuti kedua laki-laki itu.

          Orang dewasa biasanya akan mengalihkan kepenatan dengan minum sake. Sebentar lagi aku memasuki usia legal, jadi apa salahnya untuk mencoba? pikir Shiroichi yang saat ini sedang tak bisa berdamai dengan hati nuraninya.

          Begitu bar yang dituju sudah berada di depan mata, Shiroichi mengamati terlebih dulu bagaimana proses pengecekan sebelum masuk ke dalam bar. Kedua laki-laki tadi dimintai kartu identitas. Tapi, orang yang datang kemudian hanya memberikan sejumlah uang, dan lolos begitu saja tanpa melewati prosedur pengecekan yang seharusnya.

          Shiroichi bersandar sebentar pada horizontal bar yang membatasi jalan dengan trotoar. Dirogohnya saku demi mengambil dompet, lalu mengecek isi di dalamnya. Kartu kredit mendominasi. Tapi ia tidak mungkin menggunakan itu karena sangat riskan, akan terdapat jejak penggunaan di bar.

You are My Dogwood [Extended Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang