Ch.33 | Happiness in A Baseball

20 11 0
                                    

"Shiro-kun, kemari!" seru Jirou sebelum duduk kembali di singgasana-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Shiro-kun, kemari!" seru Jirou sebelum duduk kembali di singgasana-nya.

          Teman-teman Shiroichi melepaskan rangkulan secara teratur. Selagi pitcher andalan ini berjalan cepat mengampiri sang pelatih, mereka mengatur posisi kembali karena pertandingan belum berakhir.

          Sesekali Shiroichi memegangi luka pada siku. Peringisan samar-samar terlihat di wajahnya.

          "Inilah yang tadi dikhawatirkan Daiki," ujar Jirou setelah Shiroichi sudah berada di hadapannya. "Meskipun gemar bergurau, tapi sebetulnya ia punya rasa simpati yang baik."

          Jirou membuka tutup botol mineral kemudian diguyurkan pada luka di lengan Shiro.

          Sang korban menggigit bibir menahan perih.

          Sambil mengelap luka basah itu dengan handuk kering, Jirou berkata lagi, "Sebetulnya kau boleh izin jika tidak sedang dalam kondisi yang benar-benar bugar. Toh pertandingan hari ini cuma sekadar latihan." Usai merasa air sudah tak meliputi lengan Shiroichi, Jirou meletakkan handuk ke kursi di belakangnya, lantas mengambil salep luka dari saku celana. "Saya tahu kau punya fisik yang kuat, tapi alangkah lebih baik mengistirahatkan kondisi yang sekarang ini untuk kejuaraan nanti."

          "Biar saya saja, Sensei." Shiroichi menawarkan diri tepat sebelum sang pelatih membuka tutup salep. Ia sangat sungkan dan merasa seperti anak manja jika hal seperti mengobati lukanya yang terbilang cukup ringan saja harus dibantu orang lain.

          Jirou menyerahkan salep luka itu, juga memberikan gestur agar Shiroichi mengobati diri sambil duduk.

          Pandangan Shiroichi mengarah ke depan. Kepada kawan-kawannya yang saat ini sudah berganti ke batter keempat. Matanya tersenyum menatap hamparan lapangan yang luas nan hijau dan penuh akan kehebohan, tetapi menenangkan baginya. Sementara bibirnya sedikit-sedikit mengernyih atas olesan salep pada luka di lengan.

          "Yakyu itu seperti nyawa bagi saya. Jadi saya tidak mungkin meninggalkan yakyu hanya karena luka kecil begini." Telunjuknya masih mengoles-oles luka, tetapi matanya kini tertuju ke sekumpulan awan pada langit di atas lapangan. "Saya jadi ingat kejadian dulu, saat pertama kali bergabung dalam klub yakyu. Saya ingat betul di usia yang sepuluh tahun itu, berkali-kali terkena hantaman keras bola bisbol di lapangan ketika menjadi batter dan runner, tapi justru memicu adrenalin saya untuk terus berlatih."

          Mendengarkan dengan saksama, Jirou bergerak ke bagian kosong dari kursi panjang yang diduduki Shiroichi, lantas menjatuhkan bokong tanpa melepaskan lipatan tangan di depan dada saat Shiroichi melanjutkan ucapannya.

          "Saya pernah cerita pada Sensei, bahwa saat kecil saya senang melempar sesuatu. Batu, khususnya."

          "Ke sungai," sela Jirou, membuat Shiroichi menolehkan wajah.

You are My Dogwood [Extended Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang