Ch.12 | Some Meaningful Moments

139 31 10
                                    


Warna kemerahan terbentang di cakrawala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warna kemerahan terbentang di cakrawala. Cahaya mentari tak luput mengguyuri dataran Yokohama sore ini. Sinarnya masih setia menemani meski hampir pudar, menelusup malu-malu di antara ranting pohon serta dedaunan. 

          Tawa bahagia dari dua anak manusia melengkapi keindahannya. Mereka mengayuh dengan sangat cepat. Sepasang kaki tampak sangat kepayahan. Namun, pasangan kaki lainnya masih begitu bersemangat. Mereka menuruni tanjakan, berteriak, lantas tertawa akan adrenalin yang tercipta.

          Hal ini ... permainan dalam bersepeda ini mungkin tampak biasa saja bagi orang lain. Tidak ada yang istimewa. Tetapi lihatlah, kedua anak dengan energi yang tengah menggebu ini sangat menikmatinya. Dan entah mengapa seperti candu, yang ingin dirasakan berulang-kali, setiap hari, di setiap sore. Baik Shiroichi maupun Tsubaki, keduanya sangat nyaman dan senang akan kehadiran masing-masing.

          Dada mereka selalu membuncah tiap kali melakukannya—bersepeda bersama di sore hari. Rasanya, seperti dipenuhi oleh kupu-kupu yang tengah menari. 

          Terlebih yang dirasakan oleh Shiroichi. 

          Tuhan memang baik. Dia telah mengirimkan sosok malaikat kecil dalam kehidupannya. Meski belum pernah merasakan kasih sayang seorang ibu atau pun ayah, tetapi, dengan kehadiran teman seperti Tsubaki saja, itu sudah lebih dari cukup.

          Kali ini Shiroichi yang berada di sadel belakang. Sambil terus bersyukur, ia tatap Tsubaki yang sedang mengoceh di depannya. Ia tersenyum. Berkali-kali tersenyum. Entah sejak kapan bibir yang biasanya membentuk sudut ke bawah ini, tertatik ke arah yang berlawanan, hingga menyunggingkan guratan manis.

          Usai lelah mengayuh, mereka pun menjatuhkan diri dekat dermaga kecil. Kedua tangan serta kaki terentang di atas rerumputan. Dada mereka naik-turun dengan cepat, dibarengi napas yang terengah.

          "Shiroichi-niisan."

          Dengan dada yang masih naik-turun, Shiroichi menoleh. "Ya?"

          "Sebentar lagi libur musim panas, 'kan?"

          Shiroichi menunggu gadis kecil itu melanjutkan kalimatnya. Wajah Tsubaki yang semula menatap langit turut menoleh sehingga tatapan keduanya bertemu. "Apa rencanamu untuk liburan kali ini?"

          Netra Shiroichi terarah lagi ke deretan awan di atas sana, lalu menjawab, "Tidak tahu." Ia tidak pernah punya rencana apa pun tiap liburan. Karena pasti jadwal liburannya dikuasai oleh sang ayah yang sangat berambisi menjejalinya les privat. Padahal, semua usaha itu percuma saja kalau Shiroichi tidak niat belajar. "Kalau kau, bagaimana?"

          Tubuh Tsubaki terangkat. Ia topang berat tubuh dengan kedua tangan yang menapak di rerumputan. Di hadapannya terhampar laut yang jernih dan tenang. Embusan angin sesekali menghasilkan riakan di permukaan air. Lantas menggelombang, menari-nari, bersiap menghantarkan sang surya ke peraduan. 

You are My Dogwood [Extended Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang