7. Happy Ending?

25 6 0
                                    

Peringatan!!
Chapter ini mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kasar.

Di mohon kebijakannya dalam membaca!!

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak, nanti kita jadi menjenguk kak Harsa, kan?"

Farel menggerakkan tangannya untuk berbicara padaku. Aku mengangguk untuk menjawabnya. Anak itu lalu tersenyum senang, lantas bergegas menyiapkan beberapa cookies yang sempat ia buat sebelum ini untuk dibawa ke rumah Harsa.

Setelah dirasa persiapan kami cukup. Aku dan Farel pun berpamitan kepada Ibu panti. Ibu panti menitipkan beberapa makanan untuk diberikan kepada Harsa dan Ibunya.

Sebelumnya, aku sudah mengabari Harsa jika akan ke sana. Juga tentang mengajak Farel. Farel sangat bersemangat ketika tahu aku akan mengunjungi Harsa.

Namun ketika hampir sampai di depan rumahnya. Aku mendapatkan panggilan dari Harsa. Sore itu, tatapan bingung Farel juga suara hembusan angin yang bertemu dedaunan mengiringi teriakan wanita dan laki-laki di seberang telepon.

"IBU TENANG!! KITA NGGAK AKAN KENAPA-NAPA!!"

"LEBIH BAIK KITA MATI SEKARANG DARIPADA MATI KARENA AYAH KAMU!!"

"IBU!! AYAH NGGAK BAKAL KESINI!!"

"AAARRGHH MATI!! MATI!!"

Telepon masih tersambung. Suara teriakan perempuan masih jelas terdengar. Saat ini Harsa mungkin belum menyadari jika panggilan kami terhubung. Entah apakah aku harus bersyukur dengan Harsa yang menelponku tanpa sengaja, sehingga aku jadi tahu kabarnya, atau aku harus menyumpahi kejadian tragis ini. Aku sendiri pun tak tak tahu.

"HARSA!! TUNGGUIN GUE SEBENTAR LAGI KESANA!!"

"LO JANGAN KESINI!! LEBIH BAIK LO BALIK LAGI SEKARANG!!"

"JANGAN SINTING LO!! LO MAU NGADEPIN NYOKAP LO SENDIRIAN?!!"

"PRAANGG!!"

"BERHENTI, BUU!!"

"AARGGHHHH!!--"

Sambungan terputus. Aku berteriak memanggil nama Harsa. Namun percuma saja, sehingga aku lantas berlari. Farel yang semula menatapku bingung lantas mengejarku.

"LO JANGAN NGIKUTIN GUE!!" Aku reflek meneriaki Farel. Anak itu mematung. Meskipun tak bisa mendengar suaraku, ia paham kalau saat ini aku tengah membentaknya. Mungkin karena ini adalah pertama kalinya dia melihatku yang seperti ini, ia sangat terkejut dengan reaksiku.

[√] Hydrangea Love | [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang