20. Take My Hand

16 5 0
                                    

Haii... Hydrangea Love kembali hadir untuk melengkapi hari kalian.

Novel Hydrangea Love dan KENANGA(N) masih bisa di pesan di shopee. Kalau kalian nggak nemu, kalian bisa akses link di profil instagram aku yang highlight pre order.

Pastinya versi novel lebih lengkap dan ada tambahan cerita keuwuan mereka jugaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pastinya versi novel lebih lengkap dan ada tambahan cerita keuwuan mereka jugaa..

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lorong rumah sakit yang membuat suara bergema mengiringi perjalananku menuju tempat di mana Farel berada. Rasa trauma akan kehilangan terus mendobrak dalam pikirku. Aku sangat takut jika seandainya Farel yang tak lain adalah salah satu dari orang yang ingin terus kulindungi harus pergi meninggalkanku. Sebenarnya sejak kapan dia menahan semua rasa sakit yang dideritanya itu? Entah aku yang tidak peka atau memang dia yang terlalu rapi dalam menyembunyikannya. Pikiranku terasa kosong saat itu juga.

Sampai ketika aku tiba di depan pintu kamar milik Farel. Aku terpaku. Bapak dan Ibu panti juga Ezar sudah menunggu kepastian di luar. Aku menoleh pada ruang UGD yang kini tertutup rapat.

"Duduk dulu." Ezar yang bersuara. Ibu panti sudah duduk dengan Bapak di sampingnya yang berusaha menenangkannya.

Aku berusaha mengatur napasku sejenak. Pandanganku tetap terfokus oada pintu ruang UGD. Berharap seseorang akan keluar dari sana dengan menyampaikan berita baik. Dan benar saja, tak lama setelah itu muncul laki-laki paruh baya berseragam putih dari sana. Sontak semua orang yang sudah menunggu pun menghampirinya.

"Gimana keadaannya, Dok?" Aku bertanya saat orang yang kupanggil Dokter itu mulai melepas maskernya.

Dokter tersebut kemudian mengambil napas panjang. Mataku tak berhenti mengikuti ke mana arah Dokter itu berpindah. "Apakah ada satu orang wali yang berkenan ikut dengan saya?"

Tanpa berbasa-basi Bapak panti mengangkat tangannya. "Saya, Dok.."

Kami berempat saling bertatapan sejenak. Saat mata Bapak dan Ibu bertemu, keduanya mengangguk. Tak selang lama Bapak lantas mengikuti ke mana arah Dokter itu pergi. Tersisa keheningan di antara kami bertiga. Rona kecemasan terpampang jelas pada wajah Ibu panti. Waktu yang kami lalui untuk menunggu kabar terasa berjalan lambat. Sampai beberapa saat kemudian Bapak kembali dengan wajah yang lebih redup dari sebelumnya.

[√] Hydrangea Love | [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang