2

917 43 1
                                    

Suasana lalu lintas pagi ini cukup ramai lancar.
Meski si bungsu masih saja berceloteh tapi tidak mengganggu pikiran orang orang di sekitarnya alias keluarga nya.

"Kenapa sih katanya ga ada Mos kenapa ada PKKMB segala,,pasti ada aja yang bikin ribet nih "
Zio memakai name tag berbentuk ikan yang di perintahkan oleh panitia beberapa hari sebelum PKKMB.

"Bisa ga sih lu gausah banyak ngomong "
Aldo yang sedang sibuk bermain game online mulai merasa terganggu.

"Ya gue punya mulut "
1..
2..
3..

Gita langsung membentangkan dua tangannya,,pertanda memisahkan dua adiknya yang siap adu apa saja kalau sudah berdebat.
Meski tangan Zio masih berusaha sekuat tenaga pikiran dan perkataan meraih kepala Aldo, tapi melihat tatapan tajam Gita,pertanda sudah harus berhenti bertarung meski dia belum membalas jambakan Aldo beberapa saat yang lalu.

Zio merubah posisi menghadap jendela bukti dia merajuk yang justru di anggap solusi oleh anggota keluarga yang lain.
Aldo tidak menghiraukan lagi dan kembali bersandar di bahu kakaknya sambil kembali sibuk dengan gadget di tangannya.

Pagi ini mereka di antar kedua orang tua mereka ,sesuai keinginan Zio Alfaris,anak bungsu dari tiga bersaudara,dimana anak pertama di beri nama Gita Alya Alfarisa,Revaldo Guntur Alfaris dan terakhir Zio Alfaris,,dimana dengan segala protes mengapa nama dia paling singkat ,tapi alasan mamah nya simple karena sudah terlalu ribet menulis di buku rapor,meski tidak terima harus di terima.
Sekilas tentang nama mereka sudah terjawab.

"Kakak selesai jam berapa?mamah mau kondangan,papah kan keluar kota hari ini "

Mamah tiga anak yang awet muda yang sedang membuka beberapa file di notebooknya,,dia berprofesi sebagai dosen di kampus Aldo,,ya Aldo berbeda kampus dengan 2 saudaranya.
Dia tidak bisa jauh dari mamahnya, termasuk saat sekolah sekalipun.

"Mamah kondangan jam berapa?"
Gita menjawab sambil menarik Zio agar bersandar padanya,Zio yang selalu senang di perhatikan langsung nurut tanpa perlawanan.

"Kalau kakak gabisa kasih tau aja,biar Aldo yang nemenin "
sang ibu ratu alias mamah tiga anak menekan tombol samping notebook dan memasukkan benda pipih itu ke dalam tas.

"Kakak bilang jam berapa bukan berarti kakak gabisa nemenin "
Alasan si sulung yang agak tidak bisa dekat dengan mamahnya,ucapan mereka tidak ada yang salah,hanya jawaban nya saja yang tidak benar tapi tidak juga salah,ribet bukan,namanya juga perempuan.

"Yaudah nanti sama Aldo aja "
Jawaban lain datang dari kepala keluarga menutup obrolan singkat pagi ini.

Zio meraih telapak tangan Gita menggenggamnya lembut ,meski tanpa bicara ,Gita selalu tersentuh dengan tingkah bungsu yang kadang aneh kadang sangat aneh.

Zio membuka pintu mobil,disusul Gita keluar dari mobil tersebut..

"Jangan bikin onar,mamah sibuk gabisa wakilin kalo ada panggilan orang tua,papah di luar kota "

Pesan yang selalu di sampaikan kepada tiga anak yang cukup beragam,lebih tepatnya itu di arahkan ke arah si bungsu yang sibuk memasang ikat pinggangnya di bantu kakak yang sangat sabar menghadapinya.

"Zio,pulang sama kakak jangan keluyuran,uang jajan mu ada sama kakak "
Zio mengangguk lesu,karena belum bisa memegang jatah sendiri,dia mencium kedua orang tuanya bergantian.
Tanpa berpamitan kepada Aldo ,dia berjalan terlebih dahulu membuat kakak dan orang tuanya hanya menggeleng kepala.

"Kakak jaga Zio,jangan kasih duit banyak "
Gita mengangguk paham dan mencium pipi orang tuanya bergantian dan mengulurkan tangan kepada Aldo yang di sambut baik oleh adik nomor satu.

KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang