End.

849 44 8
                                    


"Semua udah kakak bawa ? Sudah di periksa lagi ?"

"Udah Mah "

Semua keluarga Gita ikut mengantar Gita ke bandara karena hari ini Gita akan kembali ke singapore.

"Jaga diri baik baik ya kak,nanti kami yang berkunjung,semoga kakak betah disana "

Gita mengangguk dalam pelukan sang Mamah,dia menciumi Mamahnya berulang kali,karena Gita sudah memutuskan untuk menetap di Singapore dan pulang ke Indonesia mungkin dalam jangka waktu yang tidak bisa di tentukan.

Meski awalnya keluarga Gita keberatan,tapi keputusan Gita sudah bulat untuk pindah ke Negara tersebut.

Gita bergantian memeluk keluarganya satu persatu,bahkan Adelio berulang kali minta di gendong oleh Gita.

"Barang kakak udah masuk bagasi semua,tinggal tas yang sama kakak aja "

Papah nya yang mengurusi semua koper Gita ,karena Gita membawa lebih banyak barang dari setahun yang lalu,karena dia pulang memang untuk mengambil barang yang tersisa.

"Zio ga peluk kakak ?"

Zio menyimpan ponselnya,dia memeluk Gita dan mencium kedua pipi sang kakak,Gita merasakan Zio sudah berbeda ,dia sudah tidak manja lagi padanya.

"Kalau gitu kami masuk ke ruang tunggu ya om ,tante dan semuanya,karena 30 menit lagi akan take off "

Tian yang dari tadi berdiri memperhatikan semua interaksi keluarga itu bisa ikut merasakan haru ,bahkan Tian tidak tau dengan keputusan Gita untuk pindah Negara.

Gita kembali memeluk keluarganya bergantian.

"Tunggu kami ya kak ,nanti kami liburan kesana terus "

Gita mengangguk,dia sudah tidak kuat lama lama dengan proses berpamitan ini,bola matanya sudah terasa panas sebenarnya.

Gita melangkah untuk masuk ke pintu menuju ruang tunggu,dimana dia tidak bisa di antar keluarganya lebih jauh kedalam.
Tian berpamitan kepada keluarga Gita dan menyusul Gita yang sama sekali tidak berbalik badan.

Gita pov

Selamat tinggal masa lalu ku,selamat tinggal sumber bahagia dan luka ku,aku sudah menyelesaikan semua dengan baik.

Aku melewati pintu menuju ruang tunggu,pintu dimana aku tidak bisa lagi di antar keluargaku untuk mengantar keberangkatan ku,meski kami akan sering bertemu,tapi aku tidak suka perpisahan.

"Aku beli cemilan ya,kamu duduk aja "
Aku mengangguk atas ucapan Tian,aku sudah yakin dengan keputusan ku.

Aku memeriksa gadget,dan ada 6 panggilan tak terjawab dari Zio,bahkan ini 2 menit yang lalu.
Apa terjadi sesuatu.

Aku langsung berlari dan meminta kepada tugas untuk memberi tahu Tian kalau aku sedang ada keadaan darurat.

Entah kenapa hatiku begitu sedih,aku melangkah sambil berulang kali menahan air mata yang ingin di tumpahkan.

Aku terpaku.
Dia berdiri dengan wajah pucat dan air mata yang sudah terlihat di pipinya yang tirus.

"Harniel "
Dia memejamkan mata dan mengahapus air matanya,aku berjalan mendekatinya

Entah siapa yang memulainya,yang aku tau saat ini aku dalam dekapan nya,aku juga bisa merasakan bagaimana dia mendekap tubuhku,pelukan yang dulu sering dia berikan saat kami akan pisah kalau habis berkencan.

Kami bahkan enggan melepaskan pelukan ini,aku seakan mencoba merekam setiap inci ukuran tubuh ini,merekam setiap detak jantung yang terdengar di telingaku,aku memang menunggunya,aku ingin pamit karena dulu aku dan dia berakhir menyakitkan.

Aku lebih dulu melepaskan dekapan kami.
Aku menghapus air mata dipipinya,wajahnya pucat karena Zio mengatakan dia sedang rawat inap sejak pulang dari rumah ku malam itu.

"Kamu gaboleh sakit terus,jaga kesehatan,kuliahnya di selesaikan "

Dia tersenyum ,meski dengan wajah pucatnya,senyum itu masih sama dengan yang dulu,cinta ku habis untuk orang ini,tapi takdirku selesai dengannya .

Bahkan dia membuat ku tidak lagi percaya bahwa cinta bisa tumbuh dengan orang yang baru,aku sudah mencobanya tapi aku tidak bisa,jadi aku berharap takdir ku setelah ini di pertemukan dengan seseorang yang bisa ku cintai bukan dia yang mencintaiku.

"Ayo udah ada panggilan masuk pesawat "

Aku berbalik sejenak,Tian berdiri disana,Harniel meraih telapak tanganku,dia mencium kedua punggung tanganku,di saat dia sudah berbeda kenapa terjadi setelah semua juga berubah.

Harniel mengikis jarak di antara kami,aku tidak pernah mengerti bagaimana perasaan ku,biarlah semua terjadi ,aku hanya menjalani tanpa melawan alurnya.

Aku mendongak saat Harniel mengangkat daguku.
Mataku terpejam saat wajah Harniel semakin mendekat.
Bahkan untuk menolak ini saja aku tidak bisa.

Aku membuka mata saat Harniel seakan menghapus sisa di bibirku yang sempat di kecupnya.

Harniel,jalani kisah ini meski berbeda,aku baik baik saja,tanpamu aku juga baik baik saja.

Aku berbalik dan melangkah menghampiri Tian,dia meraih telapak tangan ku dan kami melangkah tanpa berbalik sedikitpun.
Aku menoleh dan membalas senyuman Tian untukku.

Kisah ku telah usai.


***

Selesai :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang