18

274 29 1
                                    

Author pov

Gita turun dari taxi online,dia mengatur nafas dan melangkahkan kaki ke sebuah tempat yang sudah di tentukan sebelumnya.

"Saya sudah ada janji sama ibu Bonita "

Gita mendatangi tempat praktek yang 2 bulan lalu di sampaikan oleh Dhike,ibu Chiko.

Gita membutuhkan waktu yang cukup lama Untuk sampai ke hari ini,mengumpulkan keberanian untuk hal ini.
Gita menyibukkan diri untuk kuliah,dia mengejar semua yang seharusnya ia lakukan,dia harus menyelesaikan tugasnya lebih dulu,mengingat dia ada di semester akhir.

Dia mengalihkan semua duka yang masih menyelimuti hatinya,bukan lagi soal kehilangan Cinta tapi kehilangan itu begitu sakit karena tak kan lagi sosok yang sama terlihat di depan mata,sempat terbesit di hati nya,apa benar dia adalah obat untuk seorang Chiko.

Gita memasuki ruangan sesuai petunjuk dari asisten Bonita.

"Selamat siang ,,saya Gita "

Wanita yang sedang memeriksa berkas di meja mengalihkan perhatiannya,dia memberikan senyuman untuk Gita.

"Silahkan duduk,gausah sungkan sama saya,,panggil ibu saja "

Gita tersenyum dan mengangguk,wanita berjilbab di hadapannya begitu terlihat lembut penuh wibawa.

"Saya hanya menyampaikan beberapa surat yang dititipkan Alm.Chiko,dia selalu menulis surat setiap konseling,dan menjelang hari itu tiba,dia berpesan semua surat yang dia tulis untuk di berikan kepada gadis bernama Gita,saya tidak menyangka dia memilih jalan itu,karena selama ini dia hanya butuh di dengar ,di tambah lagi dia terlihat baik baik saja,saya mengira dia meminta saya memberikan surat karena saya tau nya dia mau pamit untuk pindah,,saya tidak terpikir pindah yang di maksut yang seperti ini ,sebenarnya hal lain yang terlambat adalah,dia seharusnya di tangani dokter karena dia menderita gangguan paranoid,tapi dia selalu menolak anjuran saya,dia berjanji kepada saya bahwa dia bisa mengendalikan dirinya jadi tidak perlu dokter,,kamu bisa cari tau bagaimana orang yang mengalami gangguan ini,dia tidak bisa di sembuhkan bahkan berobat rutin hanya mampu untuk mencegah,tapi dia tidak mau menjalani itu,saya meminta untuk menghubungi orang tua nya,tapi orang tua nya tidak pernah datang ,mereka mengatakan tidak ada yang berbeda dengan Chiko ".

Gita meraih tissu yang di berikan Bonita,bayangan hari dimana Chiko tergeletak bersimbah dara terlintas begitu saja.
Saat Chiko di kabarkan sudah tidak bernyawa,Gita adalah orang pertama yang berlari ke dalam ruangan dimana Chiko berada.

Chiko masih menggenggam serpihan kaca cermin yang dia goreskan di lengan dan lehernya,darah tumpah di lantai yang berwarna putih,begitu kontras darah dan lantai di hari itu.
Gita meraih Chiko dan berulang kali menepuk pipi Chiko,berharap semua hanya mimpi,tangis Gita menggema di dalam ruangan di hari itu.

"Saya terlambat bu,,saya juga ada andil di dalamnya "
Gita menekan rasa sakit di dadanya,air mata tidak mudah untuk di hentikan mengalir,semakin di tahan semakin deras turunnya.

"Bukan Gita,kamu tidak boleh berfikir seperti itu,sekalipun Chiko terlihat baik saja saat bertemu saya,ada masa dimana orang yang memiliki kelainan mental hanya menunjukkan itu pada orang tertentu,saya awalnya mencoba menebak siapa orang yang bernama Gita,bahkan dia menyebut nama itu saat dia meminta saya memberi surat yang dia tulis,dia tidak bercerita dari awal ,kamu sudah benar dengan keputusan mu ,awalnya saya berfikir kamu bahkan sudah tidak di dunia ini karena dia selalu menangis saat mengingat itu tapi tidak memberi tau nama mu,hanya satu kali itu saja menjelang kejadian itu,saya paham setelah semua terjadi,,berarti kamu adalah orang yang dia anggap mampu membantu dia dengan semua kondisinya,dan saya tebak apa berarti kamu pernah mendapat kekerasan dari dia ? "

KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang