10

315 22 2
                                    


Satu Minggu Harniel berdiam diri di kos,kadang dibantu perawat khusus untuk mengganti perban dan menyiapkan obat saja.
dia memutuskan untuk masuk kampus karena dia merasa kondisinya jauh  lebih  baik.

"Lu yakin udah sanggup kuliah,gausah panik,ntar lu Cumblaude kok "

Febri menjemput Harniel sesuai janjinya.
"Mana ada bolos kampus Cumlaude bego "
Febri terkekeh dan kembali fokus ke jalanan.
Ga lucu kan ntar nabrak lagi.

Harniel turun dari mobil Febri dan berjalan menuju kampus,meski sedikit pincang,dia mencoba biasa saja.

"Kakak udah sembuh,,ini buat kakak "
Seorang gadis yang di tebak Harniel Maba memberikan Harniel coklat yang di berikan pita berwarna Pink.

"Gita "
Gita berbalik arah karena mau menghindari Harniel.
Bisa bisanya datang bersamaan hanya beda jalur masuk ,Gita datang dari arah berlawanan dengan Harniel.
Harniel mencoba mepercepat langkahnya,meski agak sulit tapi dia harus menemui Gita.

"Kamu kenapa sih,bisa ga sih kasih aku waktu buat ngomong,,kamu ga kasih aku waktu buat ngomong,,telpon kamu abaikan,chat juga ga kamu balas "
Harniel menatap gadis itu berulang,dia bisa melihat gadis itu lebih kurus dari hari terakhir mereka bertemu di rumah sakit,dia yang salah dan dia tau itu.

"Mau jelasin apa?Aku kan bilang udah selesai "
Gita menatap balik Harniel dengan kata kata penuh penegasan,Gita juga menyadari Harniel tidak seperti biasanya,
Dia juga bisa melihat Harniel yang masih sulit berjalan,andai semua tak terjadi mungkin saat ini Gita fokus untuk kesembuhan Harniel.
Setidaknya ketakutannya saat mendengar Harniel kecelakaan tidak seberapa dengan penghianatan Harniel.

"Kamu melakukan itu sepihak,kamu ga nanya aku dulu "
Suara Harniel begitu putus asa ,ya,dia merindukan Gita bukan untuk meminta berpisah.

"Ga ada orang putus baik baik,apa yang harus aku tanyakan ke kamu,aku harus tanya itu siapa?kenapa disana sampai mau suapin makan dan kalau ga sembuh nanti gabisa jalan,,sejauh apa emangnya ? Hah? Apa penjelasan kamu?"

Nada suara Gita begitu datar tanpa emosi,karena kalau emosi nanti heboh lagi,
Gita menekan emosi sambil menahan sesuatu yang ingin tumpah,dia tidak boleh nangis di depan Harniel,yang salah siapa yang menderita siapa.

"Dia mantan ku,aku udah ga ada rasa apapun sama dia,dia datang aja aku gatau "
Kalimat itu sungguh dari Hati Harniel,karena dia juga tidak menyangka Jinan datang menjenguknya.

"Mungkin emang aku yang ga dewasa disini,tapi aku butuh waktu buat menerima semuanya "
Gita berbalik,meninggalkan Harniel yang diam terpaku,Gita masih tidak ingin melihatnya.
Dia pantas menerima semua nya,justru hal yang tidak besar malah lebih fatal dan menghancurkan hubungan mereka.

"Yang sabar bang,lu cocok di buang "
Zio yang sengaja mendengarkan semua obrolan kakak dan pacar atau mantan kakaknya itu di balik tembok.
Mereka datang bersama tapi Zio memperlambat langkahnya saat melihat Harniel menahan Gita beberapa saat yang lalu.
Dia jadi tau apa penyebab kakaknya sering menangis di malam hari,setidaknya satu minggu sejak mereka pulang dari bandung.
Zio ingat banget kakaknya izin ke orang tua mereka saat sampai di jakarta,Gita meminta turun bahkan belum sampai rumah,alasannya mencari keperluan kuliah dan gamau di anter ,karena orang tua nya juga lagi cape butuh istirahat,jadilah menurunkan Gita di tepi jalan sendirian,ternyata ingin menjenguk Harniel,
Rasa kangen di gantikan rasa benci itu sakit banget.
Setidaknya berhasil membuat Gita nangis hampir tiap malam sejak dia pulang kerumah tapi langsung mengunci diri di kamar.

Zio masih menatap Harniel yang belum beranjak dari posisi saat berbicara dengan Gita.
Bahkan Zio menahan diri untuk tidak menonjok wajah Harniel yang masih ada bekas lebam bekas benturan aspal.

KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang