15

333 29 2
                                    


Author pov

Senin pagi dengan segala hiruk pikuk kehidupan seakan baru di mulai,saling sahut suara klakson,tidak ada yang mau mengalah padahal sama sama harus cepat.

"Kakak sama Zio turun di depan ya,kalau masuk lagi nanti Mamah kejebak macet di pintu keluar kampus "

Mamah 3 anak itu dengan segala kesabaran dan penuh cekatan membelah jalanan ibu kota,tidak mau kalah dengan yang lain.

"Iya Mah"

Hari ini tukar posisi,Aldo dengan sang Papah,sementara Zio dan Gita bersama sang Mamah.
Sesuai kesepakatan di hari minggu dan hasil sidang terbuka di keluarga Gita,karena insiden dengan Chiko dalam tahap baru.

Mobil menepi sejenak karena padatnya jalanan di pagi ini,
Zio dan Gita dengan cepat bergantian mencium pipi sang Mamah dan keluar dari mobil.

"Kakak jaga Zio ya,nanti pulangnya Papah yang jemput,gausah kemana mana ya "

Gita mengangguk dan berjalan menyusul Zio yang lebih dulu jalan ke arah kampus,dengan menenteng 2 kotak tuperware,mengingat tangan Gita masih sakit jadi Zio yang membawa bekal mereka,Mamah anak 3 bukan pelit,tapi satu di antara 3 anaknya memiliki porsi makan yang tidak sanggup kantin penuhi untuk satu porsi tapi 2 kelebihan.
Jadilah mereka selalu membawa bekal bahkan sejak SD tapi tetap ada uang jajan kecuali Zio yang masih di atur Gita.

"Buru buru banget neng "
Gita terperanjat,karena memang suasana memang tidak kondusif untuk Gita saat ini,dia harus lebih berhati hati dan siap menghadapi kondisi di kampus,sudah pasti masalah nya di ketahui banyak orang.
Dia menatap tajam ke arah laki laki di sampingnya.

"Masih pagi udah natap mau makan orang aja,,atau kita sarapan dulu "

Dengan tidak sopannya laki laki itu memegang lengan Gita.

"Lepas ga,,kalau ga Saya teriak nih "
Dan Gita memang tidak dalam kondisi bercanda,mempercepat langkah pun percuma,laki laki itu tetap menyamai langkah kaki Gita.

Meski dengan senyum seperti biasa,laki laki itu melapas tangannya dari lengan Gita.

"Kenapa sih,,aku kan cuma mau ajak kamu sarapan,bukan pacaran "

"Tian,stop "

Bukannya terluka,,laki laki itu senyum sumringah,karena tujuannya mendengar Gita menyebut namanya.
Mereka berjalan ke arah kampus meski Gita sama sekali tidak memperdulikan keberadaan Tian.

Gita mulai tidak tenang saat memasuki gedung kampus,di tambah dengan Tian yang tidak membaca situasi kalau saat ini mereka di lirik beberapa pasang mata.

"Keren,,yang satu belum kelar,ganti lagi yang baru "

Gita hapal banget suara ini,dan anehnya kenapa dia selalu dan selalu mencampuri bahkan orang nomor satu yang selalu senang jika Gita terlibat suatu masalah,Jinan.
Nama yang semakin di ingat semakin di benci,apalagi nama itu juga yang menyebabkan hubungannya sempat bermasalah dengan Harniel.

Langkah kaki Gita seakan terpaku setelah ucapan seniornya,Jinan.
Rasa muak dan kesal sudah menjadi satu.
Selama ini Gita tidak pernah merespon apapun,dia hanya diam bahkan menangisi setiap masalah yang datang.
Beda dengan hari ini.

Gita mendongak dan menatap ke arah Jinan.
Membuat Jinan yang tadinya berdecak kini ikut menatap balik seorang Gita.

"Kalau ga tau apa apa,mending diam"

Semua orang yang memang sengaja berada disana karena tujuan Jinan memang ingin membuat Gita jadi topik untuk kesekian kalinya.

Tian melihat sekeliling mulai ramai,dengan santai dia melanjutkan langkah kakinya,mungkin dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan itu bukan urusan dia.

KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang