Dad

161 5 2
                                    

Happy reading!

Song recommendation
Benson Boone-In the Stars

•••

Pukul 3 A.M

Nathan terbangun dari tidurnya karena kedinginan. Dia melihat ke jendela, ah.. ternyata semalam hujan. Dia merasa ada kejanggalan, tapi apa?

Ah!

Dia langsung berlari turun ke lantai bawah untuk memeriksa keadaan putranya. Dia tau.. kalau putranya membenci hujan.

Ceklek!

Nathan terkejut sekaligus panik saat melihat... putranya sudah tak sadarkan diri dengan mukanya yang pucat pasi dan banyak darah di tangannya.

Dia langsung kalang kabut.
"JEVANO!"

"Pasien hanya kelelahan, depresi, stress berat, dan juga mengalami anemia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pasien hanya kelelahan, depresi, stress berat, dan juga mengalami anemia. Padahal usianya masih dini, ini terlalu berbahaya baginya, Pak. Saya sarankan agar Anda lebih peduli dengan kesehatannya," kata sang dokter.

"Baiklah..." cicitnya pelan.

Ya... Nathan membawa Bulan ke rumah sakit, dan Jevano yang sedang menunggu Bulan sadar.

Apalagi ini? Depresi? Stress berat? Anemia? Penyakit ini... ah sudahlah tidak penting. Bagi Nathan, Bulan hanyalah beban yang tidak penting sekali sampai harus capek-capek mengurusnya.

Ceklek!

Jevano menoleh ke arah pintu dimana sang ayah masuk ke kamar inap Bulan.

"Pa... gimana kondisinya?" Tanyanya pelan, namun dapat di dengar Nathan.

"Hanya kelelahan. Ayo kita pulang, biar Pak Ade saja yang mengurusnya, Papa ada meeting siang ini. Jangan sampai Papa tau kalau kamu mengasihaninya," kata Nathan dingin lalu pergi meninggalkan Jevano yang masih terdiam.

'Kenapa, Pa? Dia sakit...' batinnya.

Jevano melihat Bulan yang masih tak sadarkan itu. Entah mendapat dorongan darimana, dia mengelus surai coklat sang adik.

"Cepat sembuh Lan... Mama nggak suka kamu kayak gini," lirihnya pelan, namun pertahanannya runtuh. Dia menangis di depan Bulan.

Dia tidak bisa... melihat adiknya sakit. Karena dulu saat Jevano sakit... hanya Bulan yang mau merawatnya.

'Maaf kalau egoisku berlebihan, itu hanya topeng. Kita dari kecil sudah terdidik memiliki topeng untuk orang lain. Namun dari lubuk hatiku yang paling dalam... aku masih menyayangimu,' Batinnya.

Jevano tidak bisa mengatakannya secara langsung, entah kenapa.

Dia dengan cepat menghapus air matanya, lalu mencium puncak kepala sang adik.

DON'T LEAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang