You are so crazy!

54 4 0
                                    

Happy reading!

Song recommendation
Rihanna-Diamonds

•••

Pukul 01.00 A.M

Nathan baru saja pulang dari apartemen milik Ibunya. Wajahnya datar sejak tadi karena sang Ibu memarahinya sebab tidak membawa Bulan pulang kerumahnya. Dia memakirkan mobil miliknya di garasi rumah mewahnya itu.

Ceklek!

Sepi.

Itu yang Nathan rasakan saat memasuki rumahnya. Ya jelas sepi karena penghuninya sudah tidur, kecuali Bulan yang dirumah sakit.

"Loh? Tuan Besar sudah pulang?" Tanya Bi Jum saat hendak merebus air untuk Jevano. Nathan heran kenapa pembantunya merebus air malam-malam begini.

"Kok rebus air malam-malam? Untuk apa?" Tanyanya penasaran. Bi Jum yang mendengarnya mendadak menghentikan aktivitasnya, lalu menundukkan mukanya saat menatap Nathan.

"Den Jevano tiba-tiba demam tinggi. Tadi pas saya baru selesai cuci piring, saya dengar den Jevano nangis sambil manggil-manggil nama den Bulan sama Tuan Besar. Saat saya datangi ternyata cuma ngigau," jelasnya.

Nathan mengangkat satu alisnya.
"Jadi daritadi Bulan belum pulang?" Tanyanya dan dibalas anggukan oleh Bi Jum. Nathan mendengus kesal, kenapa anak itu susah sekali dibilangin?!

Nathan berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Bi Jum dengan cepat merebus air untuk mengompres, membuat teh dan membuat bubur untuk Jevano. Saat hendak membuka kamar Jevano, ternyata ada Nathan di dalam sana sedang mengelus surai putra sulungnya itu.

Den Bulan saja tidak pernah diperlakukan seperti itu.

"Tuan Besar, ini kompresnya," Bi Jum menyerahkan kain dan baskom berisi air hangat pada Nathan. Nathan dengan cepat dan telaten mengompres Jevano. Dia menyuruh Bi Jum untuk keluar sebelum tangisannya pecah saat itu juga.

"Kenapa kalian berdua sakit? Apa masih ada ikatan darah diantara kalian berdua?" Lirihnya pelan. Sebenarnya ia tak perlu mengatakan ini karena mereka berdua kan saudara kandung!

"Tapi aku masih tidak percaya kalau Bulan anakku, melainkan anak dari sialan itu," gumam Nathan kesal sebelum pergi ke kamarnya. Jevano membuka matanya, ia sudah mendengar semuanya.

"Apa benar begitu?" Lirihnya pelan sebelum kembali melamun menatap kosong langit malam.

"Apa benar begitu?" Lirihnya pelan sebelum kembali melamun menatap kosong langit malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DON'T LEAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang