Getting sicker

32 3 0
                                    

Happy reading!

•••

Suara klakson terdengar nyaring dimana-mana karena suatu kecelakaan yang menyebabkan jalan raya menjadi macet. Semua pengemudi baik kendaraan beroda 2 maupun beroda 4 ataupun kendaraan berat yang lain pada tidak mau mengalah dalam hal ini. Sampai ada sebagian para pengemudi keluar dari kendaraan mereka dan malah memarahi pengemudi lain yang tak mau mengalah

Pria dengan masih mengenakan pakaian kerja lengkap terpaksa melepas jasnya karena merasa sedikit kepanasan. Ia berdecak kesal, berisik sekali pengemudi yang lain. Masa sabar sedikit saja tidak bisa! Ia mengambil ponselnya lalu menelpon seseorang.

"Halo?"

"Kau dimana sekarang?! Aku ingin ke kantor tapi macet ini luar biasa panjang dan lamanya! Aku tidak ingin berlama-lama disini tau!" Ia menggerutu kesal pada seseorang dalam telponnya.

"Yaudah sih... tidak usah marah. Nanti kalau sudah melewati restoran yang biasa kita datangi belok saja ke kiri, lalu kalau ada persimpangan belok kanan. Setelah itu berkendaralah dengan aman dan selamat sampai tujuan." Ia terkekeh pelan membuat si penelpon berdecak kesal, terlalu muak untuk didengarkan.

"Tunggu aku disana, atau aku bongkar seluruh kebohonganmu itu." Ancamnya lalu menutup telponnya sebelum si berceloteh tadi menjawabnya. Ia mulai mengendarai mobilnya dengan tenang dan penuh kesabaran. Setelah 20 menit berlalu ia pun sampai di restoran yang dimaksud lalu mengikuti arahan pria itu tadi. Ternyata pria itu beneran ada disana menunggunya. Ia menelpon kembali pria itu.

"Tadi udah mulai belum meeting nya?"

"Belum, mungkin sekitar 20 menit lagi. Ngopi yuk, americano latte. Kayaknya enak tuh ditemani semilir angin dekat sungai yang tenang." Usulnya sambil terkekeh.

"Nggak, nanti malah keterusan. Kan kau juga tau kalo aku sekali minum americano latte langsung melupakan segalanya," sewotnya kesal membuat yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak.

"Allright, sesuai permintaanmu. Lalu kita mau kemana selama 17 menit ini?"

"Ke kantor aja, sekalian mau lihat apakah ada berkas yang masih belum dikerjakan."

"Anakmu? Ku lihat kau sudah jarang menelpon mereka sekadar untuk menanyakan kabar akhir-akhir ini."

Nathan terdiam sejenak, benar juga. Kenapa ia tidak kepikiran sampai disitu? Ia langsung merogoh saku celananya mengambil sesuatu sebelum mematikan sambungan telponnya. Kemudian ia menelpon anak sulungnya lalu menancap gas pergi dari sana, tidak pergi mengarah kantornya berada... entah pergi kemana.

"WOYYYY!! LU NANTI MEETING!!!" Teriak pria itu keluar mobil saat melihat mobil milik Nathan sudah melesat pergi. Ia pun berdecak kesal, "Gini nih kalo punya ortu pertamanya sayang sama anaknya, eh terakhir-terakhirnya kagak disayang lagi."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DON'T LEAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang