Haikal Arkana

68 3 0
                                    

Happy reading!

•••

Ceklek!

"Masih ingat rumah kau?" Ketusnya dingin saat melihat seseorang yang ia tunggu akhirnya pulang. Ia sangat kesal dan heran, kenapa anaknya ini sering pulang terlambat, malas belajar namun mendapat nilai tinggi diatas rata-rata.

"Memangnya kenapa? Aku hanya bermain kerumah sahabatku sekalian belajar, apa itu salah?" Jawabnya kesal.

Pria itu marah dan menggebrak meja dengan kasar lalu mencekik anaknya itu.
"Sudah berani melawan, hah?! Memang benar kata Ibu panti, kalau kau sangat nakal kalau di nasehatin ya?! Kau mau aku buang ke panti asuhan lagi?!" Teriaknya kesal dan tidak mempedulikan anaknya yang kehabisan napas. Sampai-sampai harus bernapas melalui mulut.

"Kem---ba---likan saja a---ku ke pan---ti asuhan la---gi," jawabnya lemah, wajahnya sudah pucat sekali. Pria itu tanpa aba-aba langsung melepas cekikannya, dan si anak yang tanpa aba-aba dilepaskan pun terjatuh begitu saja. Dia mengambil napas banyak-banyak. Untung dia tidak mati saat itu juga.

"Kau harus sadar diri sebagai anak asuh, jangan seenaknya keluar masuk rumah ini seolah-olah kau yang berkuasa disini, seharian kau keluar dari kerumah ini, apa itu pantas ditiru? Dan juga karena mengasuhmu anak sialan, istriku pergi untuk selamanya," bentaknya di depan muka sang anak.

"Lalu kenapa istrimu harus mengasuhku?" Jawabnya pelan.

"Karena kalau kami tak mengasuhmu, bisa-bisa hancur nama baik keluarga Arkana ini. Seharusnya kau belajar mati-matian agar tidak mempermalukan nama baik keluarga ini! Bukannya sering keluar rumah alasan belajar di rumah teman dan selalu tidur larut malam! Sia-sia saja kau dirumah ini!" Teriaknya dan mulai melempar apapun yang ada di dekatnya kearah si anak.

Ia pun berdecak kesal, selalu saja dia! Kenapa Ayah sialan itu harus mengadopsinya kalau dia saja bilang sendiri kehadirannya pembawa sial. Ia berlari menuju kamarnya dan menguncinya. Ia berteriak sangat keras di balkon rumahnya.

"AAARRRRGGGGGHHH GUE BENCI! GUE BENCI HIDUP! GAK ADA GUNANYA LO HIDUP, KAL! GAK ADA GUNANYA! LO TUH PEMBAWA SIAL! KENAPA LO GAK MATI AJA?! KENAPA HARUS IBU?! KENAPA LO HARUS DI ADOPSI KELUARGA GILA INI?!" Terdengar tangisan yang sangat dalam maknanya jika kita mendengarnya. Ia menangis dengan histeris, kadang berteriak, membentak, tertawa dengan keras, lalu menangis lagi.

Ia menumpahkan semua emosi yang sudah 19 tahun lamanya terpendam di malam itu juga, padahal malam sebelumnya ia tak pernah begini. Mungkin ia sudah lelah memendamnya? Atau lelah berpura-pura sok tegar? Ah entahlah... tapi satu yang pasti.

"Gue jadi iri sama lo, Lan."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DON'T LEAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang