Chapter 25

5.9K 172 3
                                    

⚠️ WARNING ⚠️
𝐯𝐢𝐨𝐥𝐞𝐧𝐜𝐞, 𝐛𝐮𝐥𝐥𝐲𝐢𝐧𝐠, 𝐭𝐨𝐱𝐢𝐜 𝐫𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐡𝐢𝐩𝐬, 𝐬𝐰𝐞𝐚𝐫𝐢𝐧𝐠, 𝐝𝐫𝐮𝐧𝐤, 𝐩𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐜𝐮𝐢𝐭𝐲

Ruangan yang mewah, disetiap pojok ruangan berdiri guci-guci besar, tak lupa ornamen-ornamen mewah yang melekat di dinding menambah estetika jika dipandang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan yang mewah, disetiap pojok ruangan berdiri guci-guci besar, tak lupa ornamen-ornamen mewah yang melekat di dinding menambah estetika jika dipandang.

Namun, suasana dirungan itu justru sangat mencekam dan suram. Hal ini didukung dengan seorang wanita anggun yang duduk di single sofa, menggoyangkan gelas sampanye digenggamannya.

Pandangannya hanya menatap datar kedepan. "Cambuk lagi."

Seketika dua orang pria kekar berseragam hitam melakukan tugasnya, tanpa peduli yang ia cambuki kini terkulai lemah, dengan punggung yang penuh darah bekas cambukan.

Wanita yang usianya berkisaran 40 tahun itu berjalan mendekat, "Ini akibat karena kamu permaluin mommy, Althaero."

"Bagaimana kamu bisa menjadi pewaris dengan sikap kamu yang seperti preman ini?!"

Althaero, pria yang berusaha mati-matian mempertahankan kesadarannya, mengabaikan seluruh badannya yang terasa sakit, terutama bagian punggungnya.

"Y—you're motherfucker! argh, fuck!" susah payah ia mengeluarkan suaranya meskipun disertai erangan, menatap nyalang wanita yang berdiri tepat dihadapannya.

Wanita itu memberi kode kepada mereka untuk menghentikan cambukannya, ia menunduk sehingga badannya sejajar dengan Ero, "Hey, I'm your mommy. Mommy Clarissa, katakan mom—my."

Ero membuang wajahnya kesamping lalu meludah diatas lantai marmer itu. Bahkan air liurnya kini bercampur darah karena bibirnya robek, sebelum dicambuk, ia sempat berkelahi dengan 4 orang bodyguard yang pastinya ia yang tumbang.

"Fucking Clarissa!"

Lagi dan lagi, pria itu bahkan tak sudi memanggil wanita dihadapannya dengan sebutan mommy.

Clarissa yang geram pun menarik rambut Ero hingga pandangan pria itu beralih kepadanya, "Terserah kamu Ero, tapi ingat! Ini terakhir kalinya kamu permalukan saya!"

"Bahkan banyaknya tatto dibadan kamu sudah tidak cukup untuk menutupi bekas luka yang baru, dan kamu malah menambah lukanya."

Ia menyentuh pelipis pria itu dan mengusapnya pelan,"Kenapa kamu sedikit saja tidak bisa menuruti kemauan saya? Malu-maluin aja bisanya!"

"Kamu anak tunggal Ero, kamu satu-satunya harapan saya. Kamu saya persiapkan menjadi ahli waris, maka dari itu kamu saya tuntut harus serba bisa!"

𝐀𝐋𝐓𝐇𝐀𝐄𝐑𝐎 : 𝗠𝘆 𝗔𝗯𝘂𝘀𝗶𝘃𝗲 𝗕𝗼𝘆𝗳𝗿𝗶𝗲𝗻𝗱 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang