Aku tidak akan menuntut setiap orang untuk terus bersamaku,jika kamu nyaman maka menetap lah,jika tidak maka kamu boleh pergi.
~~~~~
"Mana Langit?dia nggak tungguin aku disini?"Maria bertanya sambil menatap sekeliling tak ada tanda tanda bahwa Akasa berada disana.
"Dia udah jagain kamu dari kemarin, sekarang udah pulang"ucap Petir berbohong padahal Akasa hanya mengunjungi Maria sekali waktu ia dibawa kesini dan setelah itu ia mengurus Cherry karena gadis itu sakit akibat syok melihat darah.
"Abang gak pinter bohong.. udah ngomong aja pasti langit lagi sama Cherry kan?"ujar Maria benar.ia bisa menebak dari cara tatapan Petir.
"Kamu jadi cenayang ya dek"
"Aih apaan cenayang..ciee panggilnya aku kamu sekarang..oh ya bener kan langit sama Cherry?"ujar Maria di akhir kalimatnya membuat Petir bungkam.
"Udah gausah khawatir Maria gakpapa"ucap Maria tersenyum hangat.
"maaf.."ucap petir lirih.beriringan dengan suara pintu terbuka yang membuat keduanya teralihkan.
"Maria.."ucapnya lalu berangsur memeluk Maria.
"Papa jangan sedih Maria gakpapa kok"ucapnya pada Randi ayahnya.
"kamu buat papa khawatir nak"ucap Randi mengusap air matanya yang tiba tiba keluar.
"Hehehe gakpapa pah"ucap Maria memperlihatkan deretan giginya.
"Petir dia tak datang lagi?"tanya Randi menanyakan keberadaan Akasa,
"Petir belum kasih tau pah" Petir menjawab seadanya ayahnya ini malah ingin membeberkan itu didepan Maria yang baru saja sadar.
Randi mengangguk paham,ia kesal pada kelakuan anak itu yang telah membuat Maria jadi terbaring di ranjang rumah sakit.
Maria hanya mengedikan bahu sambil memakan pisang dan tidak peduli walau hati kecilnya berkata ia ingin Akasa ada disini.
setelah Maria pulih ia segera dibawa pulang dan sialnya ia hanya memiliki beberapa hari untuk bersiap karena Minggu depan sudah ujian.
Kini Maria sedang dikamarnya berusaha belajar di sunyi nya malam yang baru menampakkan bulan.
"Fokus Maria kamu harus fokus.."ucapnya menyemangati dirinya yang terus menerus gagal fokus.
Otaknya terpenuhi oleh Akasa dan hatinya ikut berkecamuk memikirkan Akasa.ia mencoba memfokuskan dirinya untuk mempelajari buku didepannya itu.hingga selang beberapa menit.
"aaaaa susah banget.. Maria gak paham huwaaa!!dasar langit nyebelin..."pekiknya keras.
Ceklek
"Maria si jo dibawah tuh"ucap Petir yang membuka pintu kamar Maria.Maria hanya mendengus kesal lalu berjalan ke bawah, didampingi Petir tentunya karena Maria baru saja pulang tadi sore.
"hai om Athan"ucap Maria tersenyum dan mendudukkan dirinya berhadapan dengan Jonathan.
"hai juga Maria, bagaimana keadaanmu?"ucap Jonathan tersenyum ramah. Petir ikut duduk menyandarkan punggung nya disofa.
"ada apa om Athan malem malem gini?"tanya Maria.
"ini baru jam tujuh,malem darimana dek"bukan Jonathan yang menjawab melainkan Petir.
"ish.. tetep aja udah malem"jawab Maria mendengus sebal.
"ini rangkuman materi dari saya,juga tugas untuk kamu, senin depan kau sudah harus mengikuti ujian,jadi persiapkan dirimu jaga kesehatanmu juga Maria"ucap Jonathan menerangkan sambil menyodorkan satu buku.
"bebannya nambah huwaa abang..."rengek Maria menunjukkan muka melasnya pada Petir.
"dih kenape muka lo"Petir memang sangat tidak peka.
"ish Abang ngeselin.."keluh Maria memukul lengan abangnya itu.
"Kenapa Maria?"tanya Jonathan
"Beban Maria nambah lagi,baru aja tadi siang Ella bawa banyak tugas dan sekarang om Athan, biasanya sih bisa tapi otak Maria lagi error huwaaa Maria pusing om, Maria enggak ngerti, Abang juga jahat gak mau ngajarin Maria..."rengek Maria masih dengan tampang melasnya. Petir mendelik menatap Maria tajam. sejak kapan adiknya minta bantuan padanya.
Jonathan terkekeh melihat Maria merengek didepannya kesannya jadi tambah lucu pikir Jonathan.
"itu salah lo gak masuk"sarkas Petir.
"siapa juga yang mau jatuh dari tangga, tangga nya aja gak bener bikin Maria jatuh"ucap Maria mengalihkan pandangannya enggan menatap wajah menyebalkan Petir.
"sini saya bantu,saya juga ngga terlalu sibuk"ucap Jonathan, Maria menatapnya.
"Serius?"ucap Maria memastikan.
"Iya tuh sono belajar sama om lo itu,gue mah engga bisa"sambung Petir dan langsung pergi dari sana.
"Jagain adek gue dulu ya,gue mau pergi"ucap Petir melenggang kearah pintu keluar rumah.
"Kemana bang? Maria nggak diajak?" Tanya Maria.
"Enggak,lo kudu belajar lo kan gak pinter" ejek Petir dan langsung keluar menghilang ditelan pintu.
"Heh enak aja!!"ucap Maria tak terima dibilang gak pinter oleh abangnya itu.
"Udah ambil buku kamu ayo saya ajarin"ucap Jonathan menghentikan gerutuan Maria dan akhirnya Maria menghentakkan kakinya sebal lalu naik untuk mengambil buku.
Jonathan mengajari Maria dengan sangat sabar, Maria tidak bodoh jadi mudah tapi sayang nya kadang gadis itu tidak fokus membuat ia kebingungan sendiri.
"Kamu disini jo?"ucap seseorang tak lain adalah Randi yang baru saja masuk setelah pulang dari kantornya.
"iya om"jawab Jonathan ramah lalu menyalaminya, Maria juga ikut menyalami ayahnya itu.
"Kamu udah gakpapa emangnya,kenapa belajar?"tanya Randi mengusap rambut Maria pelan.
"Senin depan Maria ujian pah,dan waktu Maria tinggal dua hari doang"ucapnya.
"Yaudah dilanjutkan jangan sampai kecapean papa mau ke kamar cape, Jo om ke atas ya titip Maria"ucap Randi ia tau Jonathan adalah guru baru disekolah Maria.
"baik om"Ucap Jonathan mengangguk sambil tersenyum,Randi sudah naik keatas kamarnya dan Maria sudah balik ke tempat nya dan sedang menghitung rumus.
"Susah?"tanya Jonathan mendudukkan dirinya di sofa tepatnya disamping Maria yang duduk dilantai.
"Enggak,ini gampang om harusnya aku bisa"ucap Maria berusaha optimis dia bisa melakukannya.
Jonathan terus mengamati Maria yang bergulat di atas kertas dengan pulpen ditangannya,hingga ia merasa kalau Maria tidak menunjukkan pergerakan nya lagi.
Ia memajukan badannya untuk melihat Maria, gadis itu tertidur. Jonathan tersenyum sambil menyelipkan rambut Maria yang menghalangi wajahnya.
Ia membereskan buku buku Maria lalu menggendong Maria ke kamarnya dan membaringkannya.
"good night cantik"bisik Jonathan ditelinga Maria lalu mengecup singkat kening Maria dan menyelimuti Maria setinggi dada lalu keluar menutup pintu perlahan.
"loh jo dimana Maria dan kamu habis darimana?"ucap Randi yang ber pas-pasan di tangga.
"Maria ketiduran om,saya angkat dia ke kamar,yaudah saya pamit ya om"ucap Jonathan menyalami Randi dan bergegas pergi.
Randi melihat kepergian Jonathan,ia tersenyum tipis.
"andai cowo anak saya itu kamu jo"ucapnya dalam hati lalu pergi tidur.
"sayang kamu kenapa sih?"
.
.
.
Makasih yang udah mau baca jangan lupa bantu vote dan komen ya..
follow akun author juga ya,gak maksa kok tapi follow dong..
Makin gaje ngga sih? setiap part nya bikin binggung nggak?maklumi kalo ada typo atau apa karena baru pemula nih.Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU MARIA ABRIAN
Novela Juvenil⚠️ plagiat dilarang mendekat⚠️ ⚠️ mengandung unsur kekerasan,tidak untuk dicontoh ⚠️ . . . "Jika kamu menyukai Langit maka kamu harus menyukai segala cuacanya"__Maria Abrian "menjadi milikmu adalah kebahagiaan terbesar bagiku"__Akasa Mahendra "luka...