Mereka memang benar jangan menjadi pelangi untuk orang yang buta warna
~~~~~
sebelum masak kan harus sarapan dulu hihi..
~~
Maria sudah bersiap dan karena kebetulan bibi yang bekerja disana belum datang ia menyiapkan makanan dan membersihkan sebagian rumah yang sangat besar ini.
seorang pria mengenakan style jas nya berjalan menuruni anak tangga melihat Maria yang tengah menyiapkan makanan.
"loh putri papa udah masak nih,kenapa nga tunggu bibi bawa makanan"kata Randi mendudukkan dirinya di kursi utama meja makan. Maria tersenyum.
"gapapa lagian papa belum coba masakan Maria kan?"kata Maria menyiapkan makanan ayahnya.
"pinter banget loh tuan putri papa ini,abang kamu belum bangun?"kata nya,Maria menggeleng menandakan kalau ia tak tau.
"bangunin gih,suka telat abang kamu itu" titahnya,mereka akan makan bersama jadi Randi memilih untuk mengecek pekerjaan nya lewat ponsel hp nya. Maria langsung berlari kecil hingga di depan kamar Petir.
tok tok tok
"abang...bangun!"lirih Maria namun tak mendapatkan balasan hingga beberapa kali dan akhirnya ia memilih masuk, Petir masih bergelung dengan selimutnya itu.
jadi adik itu harus baik ya kan,itu yang akan dilakukan Maria ia tersenyum penuh arti lalu mendekat kan diri ke telinga abangnya itu dan..
"ABANG!!!BANGUNN!!GEMPA BANGG!!"Teriaknya sangat keras hingga sang empu langsung berdiri dan menariknya keluar dari kamar. Maria terkekeh tapi ia membiarkan abangnya membawanya berlari.
"cepet Maria,ntar roboh gimana, cepetann dongg" katanya sambil menarik Maria tapi ia sekilas melihat papahnya di ruang makan dan segera berhenti lalu menengok ke arah meja makan benar saja itu ayahnya dan tidak ada gempa yang dirasakan nya,Maria segera menghampiri ayah nya.
"kamu jangan jahil Maria,kasian abang kamu tuh"kata Randi terkekeh melihat tingkah Petir yang berbeda tapi jauh lebih baik,Maria benar benar membuat suasana rumah yang tadinya hitam abu-abu menjadi lebih berwarna seperti pelangi
"hehe maaf pah, abisnya bang Petir engga bangun bangun kalo pake cara baik baik" jawab Maria Petir masih menatapnya tajam,kesal ia dibuat oleh adik yang baru dikenalnya.
"awas lo ya!baru sehari jadi adek udah bikin gue kesel,gue bales lo lain kali"katanya mendelik tajam lalu duduk karena melihat makanan yang sudah siap di meja, Maria hanya acuh tak peduli yang penting ia berhasil membangunkan abangnya.
"iya abangg"kata Maria terkekeh dan duduk berhadapan dengan Petir.
"makan dulu,liat adik kamu aja udah siap udah masak kamu baru bangun dan belum mandi"kata Randi menceramahi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ini si cebol yang masak pa?ga yakin Petir sama rasanya!" kata Petir menatap Maria dengan senyum meremehkan.
"kalo ga mau makan yaudah sih,tinggal tunggu bibi"jawab Maria ketus namun Petir tetap mengambilnya dan menyuapi dirinya-enak.pikirnya.
"lumayan sih, dari pada rasa penjual nasgor"katanya sambil terus menyuapi dirinya.
"kamu bisa masak ini aja atau lainya juga bsia?" tanya Randi.
"banyak,susah nyebutin nya pah,oh ya ibu gimana?"kata Maria, ia terus memikirkannya sepanjang waktu walaupun ia sudah bersama orang yang selalu ia rindukan selama ini.
"oh gitu,ibu kamu udah tau, kemarin ayah mampir" Maria kembali berpikiran tentang ibunya,ia khawatir bagaimana reaksinya kemarin melihat ayahnya apalagi kini Maria menginap dirumah orang yang ibu benci.
"kamu gausah khawatir,papa udah bicarain baik baik,walau kemarin ditolak mentah-mentah,tapi semua udah membaik kok"kata Randi menggenggam tangan Maria menyalurkan kekuatan untuk putrinya yang sangat rapuh.
Maria tersenyum dan mengangguk lalu mereka bertiga sibuk dengan makanannya. selesai makan Maria kembali ke kamar setelah berbincang sedikit bersama ayahnya.
Maria merebahkan diri di atas kasur miliknya, dirinya masih memikirkan perkataan ayahnya itu, sekarang bagaimana kondisi ibu nya?apa ia sudah makan atau belum? apa ibu merindukan nya? atau justru senang?.
Maria tenggelam oleh isi pikirannya sendiri hingga membuat ia merasa lelah lalu memejamkan matanya perlahan.
***
"abang.. cepetan mau jam tujuh tau"gerutu Maria dari depan rumah,menyesal ia memilih berangkat bersama Petir abangnya itu.
"sabar napa bol,org baru jam setengah tujuh" kata Petir yang baru keluar. Mereka melihat motor di depan gerbang rumahnya tentu saja Petir mengenalinya.
"pacar lo jemput bol" kata Petir mengisyaratkan lewat tatapan nya, Maria ikut melirik ke arah yang dituju oleh abangnya
"langit?" tanya Maria lirih untuk memastikan.
"lo berangkat sama dia aja sana,nanti cewe yang naksir gue cemburu lagi liat lo"oceh Petir, mengapa pria ini jadi cerewet sekarang dan banyak bicara. Maria mendengus kesal lalu menghampiri Akasa yang sudah sedari tadi melambaikan tangannya.
"langit mau jemput aku?"tanya Maria penuh dengan pengharapan.
"engga,gue nyamperin petir"katanya bohong.
"abang... Maria nggak ber-"kata Maria hendak kembali ke dalam untuk menemui Petir dan mengatakan padanya kalau ia harus berangkat bersamanya tapi dicekal oleh Akasa yang menarik tangannya.
"naik!" katanya lalu Maria mengangguk dan berusaha naik,Akasa memegang tangannya untuk berpegangan pada pundaknya agar bisa naik dan Maria menariknya kuat hingga ia berhasil naik.
"huft akhirnya....udah langit"kata Maria menghela nafasnya dan bilang kalau ia sudah siap,Petir yang melihatnya tersenyum lucu dan ia sendiri mengikuti Maria dan Akasa dari belakang.
"pegangan"kata Akasa saat mereka diperjalanan. Maria mengacuhkan nya karena tak mendengar sama sekali apa yang diucapkan oleh Akasa. Karena geram Akasa mengerem motor mendadak membuat Maria terhuyung ke depan memegang pinggang nya.
"aduh langit ati ati dong" Akasa terkekeh.
"makanya pegangan,awas kalo sampe lepas!!"kata Akasa lalu kembali melajukan motornya Maria menurut dan memegang seragam Akasa.
Akasa melajukan motornya sedikit lebih cepat agar cepat sampai tentunya, akhirnya gerbang sekolah yang menjulang tinggi itu terlihat,Akasa memarkirkan motornya, tentu saja mereka jadi pusat perhatian siswa dan siswi lainnya.
"makasih langit..bye bye"kata Maria hendak langsung pergi atau lebih tepatnya menghindari tatapan para siswa yang tertuju padanya. tapi tangan nya dipegang oleh Akasa.
"knp si buru buru bgt?"kata Akasa matanya menatap Maria menyelidik.
"udh jam tujuh,pasti bentar lagi bel"kata Maria,benar saja sedetik kemudian bel berbunyi membuat Maria tersenyum dan langsung pergi begitu saja. Petir yang melihat Maria hanya menggelengkan kepalanya,gini rasanya punya adek polosnya kaya monkey baru lahir.
.
.
.
jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ya, mohon apresiasi nya..
makasih udah mau baca..Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU MARIA ABRIAN
Fiksi Remaja⚠️ plagiat dilarang mendekat⚠️ ⚠️ mengandung unsur kekerasan,tidak untuk dicontoh ⚠️ . . . "Jika kamu menyukai Langit maka kamu harus menyukai segala cuacanya"__Maria Abrian "menjadi milikmu adalah kebahagiaan terbesar bagiku"__Akasa Mahendra "luka...