Menikah diusia yang terbilang muda bukanlah salah satu tujuan hidup Jeno, dia masih ingin bersenang senang menikmati masa muda indahnya tapi tanpa dia duga, orangtuanya menyodorkan permintaan agar Jeno menikahi putri dari rekan bisnisnya tanpa punya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terimakasih sudah voment dichapter sebelumnya Maaf kalau typo
HAPPY READING
.
.
.
"Nana... sejak kapan kau disana? Hm?" Semua yang ada disana menoleh ke arah Nana yang berdiri beberapa meter dari mereka
Nana terbangun dan mendapati Jeno tak ada disampingnya jadi ia turun untuk mencari Jeno, saat menemukan keberadaan Jeno dan saat ingin menghampiri suaminya dia mendengar semua pembicaraan Jeno dan orangtua
"M-maaf, a-aku..." Nana mengusap air matanya lalu berjalan cepat menuju pintu depan
"Nana! Kau mau kemana!"
"Jeno, kejar dia" ucap ayah Jeno tegas "kau, kita bicara" tatapannya tajam pada istrinya
Dilain pihak Jeno segera menyusul Nana yang sudah mencapai pintu depan, dia menghalangi wanita itu agar tidak pergi tapi Nana tetap memaksa, tangisnya semakin keras, hatinya antara sakit, malu dan kecewa bercambur jadi satu
"Aku ingin pulang, minggir.."
"Kita bicara dulu, ini tidak seperti yang kau pikirkan"
"Minggir!!"
"Nana, dengarkan aku dulu"
"Minggir..."
"Oke oke..kau mau kemana?"
"Pulang.."
"Aku antarkan. Oke"
"Tidak perlu.."
"Kau tau jalan pulang?" Tangisan Nana semakin kencang, dia ingin pergi tapi tidak tau jalan sama sekali "kita pergi dari sini, aku akan antarkan kau kemanapun, jangan pergi sendiri"
Jeno merogoh kantongnya, untung saja kunci mobilnya masih berada di kantong celana, ia lalu menggenggam tangan Nana keluar dari rumah orangtuanya, terserah nanti dia akan pergi kemana yang penting Nana tenang dulu
Dia melajukan mobilnya tanpa arah, hanya sekedar menjauh dari rumah orangtuanya saja sampai Nana tenang tak ada niatan untuknya pulang ke rumah istrinya, ia takut jika Nana mengadu pada tuan Choi, semua bisa hancur jika itu terjadi, ia harus bisa membujuk istrinya dulu sebelum kembali ke rumah
Memang mulut ibunya kadang tidak bisa di rem, selalu berucap apa saja yang ingin wanita itu bicarakan kadang tanpa berpikir dulu apa akibatnya, dia tak menyangka bahwa semua yang dikatakan ibunya didengar oleh Nana, entah mulai dari mana Nana mendengarnya