O

1.5K 156 85
                                    

Terimakasih sudah voment di chapter sebelumnya Aku bilang sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih sudah voment di chapter sebelumnya
Aku bilang sih... siapin hati aja

Maaf kalau banyak typo

HAPPY READING

.

.

.

"Aku ingin kita bercerai, aku sudah menandatanganinya hanya tinggal kau"

Srreek...

Mata Nana membola saat melihat Jeno menyobek surat cerai yang ia berikan, ia segera meraih tangan Jeno agar tidak melanjutkannya tapi Jeno mengangkat tinggi kertas tersebut hingga Nana tidak bisa menggapainya, menyobeknya di atas kepalanya menjadi potongan yang lebih kecil

"Kau pikir mudah mencampakkanku?" Jeno melempar kertas itu tepat ke wajah Nana "enak saja, kau pikir aku sampah?"

Nana bergerak mundur saat Jeno mulai melangkah maju, tatapan Jeno sangat tajam seperti seorang pembunuh yang ingin menghabisi korbannya dengan sadis, ini pertama kalinya dia melihat Jeno dengan tatapan setajam itu

"J-Jeno-ssi.. d-dengarkan aku dulu"

"Apa kau pikir tuan Choi mau mendengar penjelasanku!"

Tubuh Nana terhenti saat langkah mundurnya telah mencapai batas kamarnya, tepat dibelakangnya kini ada tembok yang menghentikan langkahnya, tubuhnya terasa gemetar karena takut melihat Jeno seperti itu

Jeno juga berhenti ketika tubuh mereka hanya berjarak beberapa centi saja "Selama ini aku sudah menahannya, kau melakukan apapun semaumu aku berusaha mengerti, hari ini cukup Choi Nana, kau tidak bisa seenaknya padaku" Jeno mengatakan ini dengan menggeram penuh amarah

Jeno pikir hubungannya dan Nana semakin membaik setelah pesta malam itu, setelah mereka saling mengungkapkan apa yang mereka pendam dalam hati, setelah mereka berbagi rasa sakit bersama, Jeno pikir semuanya akan semakin mudah dilalui

Nyatanya hari ini, wanita dihadapannya malah melemparkannya lagi dalam masalah yang pastinya tidak akan menjadi masalah sepele bagi tuan Choi, dia sangat marah atas apa yang dilakukan Nana hari ini, tak akan dia biarkan lagi wanita itu berlaku semaunya sendiri

"Dengar Choi Nana, bahkan sampai mati pun aku tidak akan pernah melepasmu. Kau sudah berada dalam cengkramanku, lihat saja, mulai detik ini kau tidak akan bisa semena mena denganku lagi!"

Jeno meraih pinggang Nana dengan tangan kirinya membuat tubuh mereka menempel sedangkan tangan kanannya meraih tengkuk Nana mendekatkan wajah mereka, dengan paksa Jeno melumat bibir pucat milik Nana sesekali dia menggigitnya agar Nana membuka bibirnya untuk Jeno bisa memasukkan lidahnya

Why Me? (NoMinGS) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang