Part 12: Curiosity

3.4K 292 58
                                    







Damon melangkah tegap di lorong kecil menuju ruang di mana dua penyusup yang sudah ditangkap oleh anak buahnya berada. Begitu memasuki ruangan itu, anak buahnya langsung menundukkan kepala sebagai tanda hormat dan kepatuhan mereka kepadanya.

Suasana tiba-tiba menjadi tegang seketika Damon menginjakkan kakinya di dalam ruangan. Ia menatap kedua penyusup yang terikat kuat, tubuh mereka sudah dipenuhi luka akibat pertarungan sebelumnya.

Damon memperhatikan keduanya dalam hening, lalu mengambil tongkat bisbol yang diberikan oleh bawahannya. Matanya bertemu dengan mata salah satu penyusup yang memandangnya dengan penuh kebencian.

PANG!!

Pria itu terjatuh dengan kepalanya yang seketika mengeluarkan banyak darah. Dampak dari pukulan Damon terasa luar biasa, hingga kepala pria itu terlihat agak mengempes.

Suasana ruangan menjadi mencekam ketika pukulan keras dari Damon membelah udara.

Damon mengalihkan pandangannya, menatap penyusup lain yang kini memandanginya dengan mata penuh ketakutan. Dengan mantap, ia meraih pisau kecil yang diserahkan oleh bawahannya, langkahnya mantap mendekati pria itu.

Criit

Pisau itu mengiris leher pria itu, luka besar segera terbentuk, memancarkan genangan darah. Damon sendiri ikut terkena semprotan darah, wajahnya kini terlihat seperti sosok yang haus akan keganasan.

"ARGHHHHH"

Pria itu meraung, berusaha menahan darah yang terus mengalir dari luka lehernya. Namun, semakin dia berteriak, semakin banyak darah yang keluar.

"Alex," panggil Damon dengan suara dingin, memecah keheningan.

Alex yang berada di belakangnya segera bersiap di sampingnya. "Ya, Tuan," jawabnya dengan penuh hormat.

"Buang mereka ke kolam piranha," perintah Damon, nada suaranya masih tetap dingin.

"Baik, tuan," jawab Alex patuh, meskipun dia sedikit bingung dengan kehadiran mendadak Damon dan juga pertanyaan mengapa Damon tidak menanyakan siapa dalang dari penyerangan ini? Namun, ia tetap menuruti perintahnya tanpa banyak bertanya.

Alex memerintahkan bawahannya untuk membawa kedua penyusup yang gemetar ketakutan, mereka mencoba memberontak namun tak berdaya.

Damon mengikuti dari belakang, langkahnya mantap. Sampai akhirnya, ia tiba di balkon yang menghadap langsung ke kolam, yang dulunya berisi hiu-hiu kesayangannya.

Damon menatap ke bawah, menyaksikan bawahannya mendorong dua penyusup itu ke dalam kolam. Teriakan kesakitan mereka mencapai telinga Damon saat ikan piranha mulai mendekat, memakan kulit mereka dengan keganasan.

Namun, di tengah kekejaman pemandangan itu, Damon masih memandang dengan tenang. Seolah mendapatkan kedamaian dari rintihan-rintihan penderitaan itu.

Setelah terdengar tak ada lagi teriakan, Damon melangkah pergi, meninggalkan kolam yang kini telah berubah menjadi merah karena darah dari dua penyusup itu.













"Pergi dari sini, cepat!" teriak ibunya kepada Javiel, berusaha mendorongnya pergi.

"Tidak, aku tidak akan pergi!" Javiel menolak untuk lari. Ia ingin membantu orang tuanya yang sedang dikepung oleh pria-pria berjubah hitam itu. Ia melihat ayahnya sedang berjuang untuk melindungi keluarganya, tetapi kekuatannya tak sebanding dengan jumlah penyerang.

Adiknya ketakutan dan menangis, mencoba menyembunyikan diri di balik meja, mencari perlindungan dari ketakutan yang melanda.

"Javiel! Lari! Bawa adikmu dan lari secepat mungkin!" teriak ayahnya dengan suara yang gemetar namun penuh tekad, mencoba memberi perlindungan terakhir bagi anak-anaknya. Javiel dapat merasakan getaran dalam suara mereka, menandakan keputusasaan yang mendalam di tengah keadaan genting ini.

Ruthless DominionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang