•
~ Happy Reading ~
Javiel berdiri di tengah reruntuhan bangunan yang dulu disebutnya sebagai rumah. Gelapnya malam menyelimuti puing-puing kenangan, dan hanya cahaya bulan yang memancar dari langit gelap yang menyoroti tempat yang pernah ia sebut sebagai tempat berlindung.
Dalam keheningan, Javiel merenungkan masa lalunya yang kini terpampang hancur di hadapannya. Puing-puing dan dinding yang roboh menunjukkan bekas kehidupan yang pernah ia jalani bersama keluarganya. Sementara ia berada di sana, kenangan akan kehancuran itu semakin menyatu dengan perasaan kecewa dan amarah.
Ketika malam semakin larut, Javiel akhirnya bangkit dan meninggalkan tempat itu. Langkahnya terdengar samar di tengah keheningan malam. Ia kembali ke markas Baron dengan hati yang berat, merangkak melalui lorong-lorong yang suram menuju ke ruangannya.
"Bodoh, jika Javiel marah kepadamu, kita akan sedikit lebih sulit membuatnya melakukan misi selanjutnya."
"Jangan salahkan aku, dia mendatangi apartemenku sendiri dan melihat apa yang seharusnya ia tidak lihat."
"Kau terlalu ceroboh."
Samar-samar, Javiel secara tidak sengaja mendengar percakapan dari dalam ruangan. Suara pamannya, Callum, bergema di dinding, diikuti oleh suara Hagel, Gavin, dan Maverick. Mereka sedang membicarakan sesuatu yang tidak sepenuhnya jelas bagi Javiel. Suara mereka terdengar berbisik, namun cukup keras untuk mencapai telinga Javiel.
Pintu, entah bagaimana, terbuka sedikit, memberinya kesempatan untuk memata-matai percakapan di dalam ruangan itu. Javiel menyadari bahwa ada rencana atau permainan tersembunyi yang tidak ia ketahui. Ketidakpastian membuatnya ingin tahu lebih banyak, dan rasa ingin tahu itu mendorongnya untuk tetap mendengarkan. Perlahan-lahan, ia mencoba mengintip dan mencerna setiap kata yang diucapkan, meskipun sulit untuk memahami maksud sebenarnya dari obrolan mereka.
"Lagipula, Javiel masih dikuasai dendam dan belum mengetahui yang sebenarnya, kita aman."
Javiel terdiam, keningnya menyerngit bingung. Apa maksud dari ucapan Hagel?
"Ya kita harus melakukan rencana ini dengan cepat, setelah selesai kita bisa menyingkirkan Javiel, dia sudah tidak berguna lagi," balas Callum.
"Bagaimana jika Javiel tahu?" suara Hagel terdengar lagi.
"Javiel tidak akan mengetahui sampai semuanya selesai. Ini adalah bagian dari rencana besar kita," ujar Maverick dengan nada sinis.
Callum menanggapi, "Dia hanya seorang alat untuk mencapai tujuan kita. Tak perlu dia tahu."
Javiel menahan nafasnya, mencoba agar mereka tidak mendengarnya. Bagaimana mereka bisa memanfaatkannya tanpa memberitahunya? Kepercayaannya hancur dalam sekejap.
Gavin tertawa cempreng, "Dia akan sangat terkejut ketika semuanya terungkap."
"Bagaimana dia bisa tidak terkejut mengetahui bahwa yang membunuh keluarganya adalah keluarganya itu sendiri," seru Hagel sambil terkekeh. "Memang keluarga bajingan."
Javiel merasa dunianya runtuh ketika ia mendengar bahwa yang membunuh keluarganya adalah pamannya sendiri, Callum. Kemarahan membara di dalam dirinya, dan hasrat untuk membalas dendam membuat hatinya berdegup liar. Namun, kesadaran bahwa ia berada di markas Baron membuatnya memilih untuk menahan diri, setidaknya untuk saat ini.
Setelah berpikir panjang, Javiel memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Namun, takdir sepertinya memiliki rencana lain. Dalam langkah-langkahnya yang cepat, Javiel tidak menyadari bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan patung kecil yang ada di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruthless Dominion
AcakDentuman musik bergema, memenuhi ruangan dengan keharmonisan yang begitu nyaring, disertai sorakan riuh penonton yang memperheboh suasana. Namun, pria yang kejam namanya menjadi terhormat ini hanya duduk santai, mata terfokus pada seorang pria berwa...