Part 27: Rescue

3.3K 291 70
                                    

~ Happy Reading ~


Damon duduk di ruangannya, terdiam dalam pemikiran mendalam. Tangannya mengepal di atas meja, mencerminkan kegelisahan yang merayap di dalamnya. Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka, dan Jarel masuk dengan langkah tergesa-gesa. Meski Damon menyadari kehadiran Jarel, ia masih memilih untuk fokus pada pemikirannya sendiri.

"Damon, bagaimana keadaanmu? Apakah kau merasa lebih baik?" tanya jarel setelah duduk di sofa yang berada di dalam ruangan itu.

Damon hanya mengangguk tanpa melihat Jarel, tampak tidak begitu peduli dengan pertanyaan tersebut.

"Kau tahu, rencanamu kemarin itu gila, Damon! Kau hampir saja kehilangan nyawamu. Apa yang ada dalam pikiranmu?" seru Jarel dengan nada sedikit meninggi, ia tidak tahu apa yang dipikirkan temannya hingga membuat rencana yang melukai dirinya sendiri.

Damon tetap diam, memandang keluar jendela seakan-akan tak peduli dengan amarah Jarel.

"Biarkan aku sendiri, Jarel. Aku tahu apa yang aku lakukan." kata Damon tanpa menoleh.

Jarel semakin frustasi melihat sikap Damon yang acuh. "Kau sudah tahu Javiel adalah lawan mu, itu sebabnya kau melakukan itu?" ujar Jarel sembari memincingkan matanya curiga kepada Damon.

Namun tiba-tiba ponsel Jarel berdering bersamaan ia selesai mengucapkan kata itu. Jarel cepat-cepat mengangkatnya dan seketika wajahnya berubah, terkejut dengan berita yang disampaikan oleh orang di seberang telepon.

"APA?!" pekik Jarel, matanya melebar dalam keterkejutan. Ia segera menoleh ke arah Damon, "Damon, kau harus mendengar ini!"

Damon mengangkat alisnya malas, tidak terlalu tertarik dengan apa yang sedang terjadi. "Ada apa?" tanya Damon dengan acuh tak acuh.

"Javiel."

Ekspresi Damon berubah seketika saat mendengar nama Javiel disebut, dan dengan cepat Ia bangkit dari kursinya.
















Javiel terbaring di sebuah ruangan gelap, terikat di sebuah kasur yang dingin dan keras. Kedua tangannya dan kakinya diikat kuat, membuatnya terlentang tanpa daya. Pusing yang dirasakannya semakin menjadi-jadi, namun ia memaksa dirinya untuk mempertahankan kesadarannya. Dalam kegelapan, suara langkah kaki yang tenang semakin mendekat.

Clek

Pintu ruangan terbuka perlahan, dan di baliknya muncul sosok Gerald dengan senyuman menyeramkan yang melintas di wajahnya. Gerald melangkah masuk dengan langkahnya yang santai, cahaya redup ruangan hanya menyoroti sebagian wajah Gerald.

Javiel merasakan getaran aneh di dalam dirinya, campuran antara ketakutan dan amarah yang meluap-luap.

"Javiel, Javiel, Javiel," ujar Gerald sambil menggeleng-gelengkan kepala dengan gerakan lambat. "Kau tahu, keputusanmu untuk melarikan diri kemarin itu tidak bijaksana. Kau berpikir bisa kabur begitu saja?"

Javiel hanya menatapnya dengan tatapan tajam, tak memberikan jawaban atau reaksi apapun. Gerald menghampiri kasur tempat Javiel terikat, dan senyumnya semakin lebar.

"Kau memang berani, Javiel. Tapi kau tidak bisa melarikan diri dari takdirmu. Kau milikku sekarang."

Javiel mencoba membebaskan diri, menarik-narik tali yang mengikatnya, tetapi usahanya sia-sia. Pusing yang ia rasakan semakin intens, membuatnya merasa semakin terperangkap dalam keadaan yang tak bisa dihindari.

Ruthless DominionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang