•
~ Happy Reading ~
Javiel memandang keluar jendela dengan pandangan hampa. Besok, dia akan kembali dan hari ini adalah hari terakhirnya di rawat di rumah sakit setelah ia sadar seminggu yang lalu. Dalam seminggu itu juga Damon selalu memberikan perhatian kecil kepada Javiel, hati Javiel merasa hangat mendapatkan perlakuan lembut Damon, tapi ia mencoba menepis perasaannya yang terasa salah.
Namun, dari pagi tadi, Javiel belum melihat kehadiran Damon. Kegetiran menyelinap dalam hatinya, menciptakan rasa gelisah yang tak terucapkan. Ia merasa kebingungan dengan semua perasaan ini.
Tiba-tiba, suara pintu terbuka memecah lamunan Javiel. Pandangannya beralih ke arah pintu, menemui Alex yang membawa sekeranjang buah-buahan segar, lalu menata buah buahan rapi di atas meja dan bergegas keluar. Tetapi sebelum ia menggapai pintu, suara Javiel menghentikan langkahnya.
"Tunggu," panggil Javiel.
Alex membalikan tubuhnya dan menghadap ke arah Javiel. "Ada yang bisa saya bantu, tuan?"
"Apa bisa aku pergi ke taman itu?" tanya Javiel dengan ragu, memandang keluar jendela ke arah taman sana.
Alex awalnya merasa ragu, mengingat situasi Damon yang tidak ada di sana. Namun, melihat betapa Javiel terlihat begitu bosan dan terkurung selama seminggu di ruangan ini, ia mengerti bahwa Javiel membutuhkan sedikit hiburan.
"Baiklah, saya akan menemani anda di taman, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan," kata Alex dengan senyum.
Javiel mengangguk dan tersenyum senang mendengar persetujuan Alex. Ia tentu saja mengerti maksud dari ucapan Alex. Lagipula ia tidak berniat untuk kabur. Eh? Lupakan itu, yang terpenting ia merasa lega karena bisa keluar dari ruangan ini.
"Mari, tuan," ujar Alex lalu segera keluar dari ruangan di ikuti javiel dari belakang.
Javiel memperhatikan sekelilingnya, merasa heran karena rumah sakit ini tampak begitu sepi. Mungkin, dia satu-satunya pasien yang dirawat di sini. Javiel berusaha bertanya pada Alex, tetapi Alex hanya tersenyum simpul dan tidak memberikan jawaban.
Saat mereka sampai di taman, Javiel merasakan hembusan udara segar dan melihat anak-anak bermain dengan riang. Dia memilih untuk duduk di kursi taman, menikmati pemandangan yang memberikan sedikit ketenangan dalam hatinya. Sementara itu, Alex berdiri agak menjauh, tetap memperhatikan Javiel untuk berjaga-jaga.
Ketika Javiel tengah terpesona oleh aktivitas anak-anak, seseorang tiba-tiba mendekatinya. Javiel menoleh, dan matanya membesar saat melihat wajah yang sudah lama tidak dilihatnya.
"Jio?" gumamnya, suaranya penuh dengan kejutan.
"Javiel? Apakah itu benar-benar kamu?" ucap Jio dengan nada terkejut.
Kemudian, Jio memeluk Javiel dengan erat. Javiel sedikit oleng akibat pelukan tiba tiba dari jio, lalu ia membalas pelukan dengan hangat.
"Kemana saja kau? Aku sudah mencarimu ke mana-mana," ujar Jio setelah melepaskan pelukannya.
Javiel tersenyum, merasa lucu melihat temannya yang begitu khawatir.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Javiel, mencoba mengalihkan topik.
"Seharusnya aku menanyakan itu padamu. Apa yang kau lakukan di sini? Kau juga memakai baju pasien. Apa kau sakit?" tanya Jio dengan khawatir.
"Bisa dibilang begitu, tapi sekarang aku sudah merasa jauh lebih baik," jawab Javiel, tersenyum lembut.
"Benarkah? Kau benar-benar sudah sembuh?"
Javiel hanya mengangguk, memastikan pada Jio bahwa keadaannya kini memang jauh lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruthless Dominion
AcakDentuman musik bergema, memenuhi ruangan dengan keharmonisan yang begitu nyaring, disertai sorakan riuh penonton yang memperheboh suasana. Namun, pria yang kejam namanya menjadi terhormat ini hanya duduk santai, mata terfokus pada seorang pria berwa...