•
•
•
•
•"Kau masih belum mendengar kabar dari Javiel, Jio?" tanya seorang pria yang dikenal sebagai pemilik klub tempat Jio dan Javiel bekerja, Karel Diaskara.
Jio menggeleng. "Belum, terakhir kali dia menghubungiku adalah saat kita pergi ke pameran seni. Javiel juga mencoba meneleponku berkali-kali, tapi sayangnya aku tak bisa mengangkatnya. Aku sangat khawatir terjadi sesuatu padanya," ucap Jio. Ia benar-benar cemas, terutama karena nomor telepon Javiel tak bisa dihubungi. Bahkan mencoba mendatangi rumahnya sia-sia, tampaknya kosong dan sunyi.
"Apa Javiel punya keluarga yang kamu kenal?" tanya Karel lagi. Ia heran, Javiel tiba-tiba menghilang tanpa jejak dan tidak memberikan kabar sama sekali. Biasanya jika Javiel ingin berlibur atau absen, ia akan memberi tahu Karel terlebih dahulu. Namun kali ini, tidak ada kabar dari Javiel sama sekali.
"Javiel tinggal sendirian, tidak ada keluarganya yang aku kenal," jawab Jio dengan nada lesu. Ia sungguh khawatir tentang keadaan temannya ini, meski Javiel seringkali menjahilinya dan membuatnya kesal, tetapi khawatir tetap ada.
"Baiklah, hari ini kamu akan menggantikan Javiel lagi. Abaikan saja orang-orang yang mencari Javiel. Fokuslah pada penampilanmu," pesan Karel.
"Siap, Bos. aku akan mengatasinya," balas Jio mantap. Meskipun merasa lelah karena harus menggantikan jadwal Javiel, Ia hanya bisa menerima situasi ini. Selain bayarannya yang lebih besar, tidak ada alasan untuk menolak.
Karel hanya mengangguk menanggapi Jio sebelum akhirnya pergi, meninggalkan Jio dengan pikirannya yang terus berkecamuk.
Tentang kepergian mendadak Javiel, Jio berjanji akan mencari tahu lebih lanjut jika ia memiliki waktu luang. Jadwal kerjanya selalu padat, bahkan ketika ia mencoba bersantai, tugas selalu mengejarnya. Seperti ada seseorang yang sengaja membuatnya sibuk dan tidak punya waktu untuk mencari tahu tentang temannya yang menghilang.
"Bosan bosan bosan bosan BOOOSAAAN!" Teriak Javiel dengan suara yang terpendam di bantal. Javiel sekarang tengah membenamkan wajahnya di bantal karena merasa bosan tidak tahu harus melakukan apa di dalam kamar ini.
Tentang tadi pagi, Javiel merasakan ada seseorang yang memeluknya, tetapi ketika ia membuka matanya, ia tidak menemukan siapapun. Ia bahkan sempat berpikir di kamar ini ada hantu, yang membuatnya takut beberapa saat. Namun, kemudian ia kembali tidur karena masih merasa mengantuk, mengabaikan hal aneh yang baru saja ia rasakan.
Dan sekarang ia merasa bosan karena terus melakukan hal yang sama di dalam kamar. Bagaimana tidak bosan, setiap hari dia hanya tidur lalu makan disaat pelayan yang sama, Zayas, mengantarkan makanan. Mengajak Zayas berbicara pun dia seperti tidak tertarik, ia merasa tidak enak memaksa Zayas untuk mengobrol dengannya.
Javiel bangkit dari aktivitas membenamkan wajahnya di bantal. Ia beralih menatap pintu kamarnya, lalu turun dari kasur dan berjalan ke depan pintu itu. Pikirannya mengatakan untuk mencoba membuka pintunya, meskipun ia yakin bahwa pintu kamarnya pasti terkunci. Tidak mungkin mereka hanya membiarkannya terbuka begitu saja? Dia sedang ditahan di sini, dan mustahil bagi mereka untuk lupa mengunci pintu.
Dengan perlahan, ia mencoba membuka pintu. Dan, kejutan terbesar, pintu terbuka. Bagaimana bisa? Kalau ia tahu pintu tidak terkunci, mungkin saja dia sudah mencoba kabur sejak dulu. Tapi ia mengerti, kabur dari sini tidaklah mudah. Pasti ada banyak pengawal dan jalannya penuh dengan rintangan. Jadi, dia hanya bisa menerima situasinya sekarang. Bagaimana ia akan keluar dari sini, ia akan memikirkannya nanti.
Dengan hati-hati, Javiel melangkah keluar dari kamarnya. Ia menengok ke kanan dan ke kiri, tidak ada pengawal yang berjaga di depan pintu. Malah, terasa sepi dan sunyi. Javiel tidak bisa menahan senyum bahagianya. Mungkin kali ini, ia bisa pergi ke taman tanpa ada yang mengawasinya. Hanya saja, ia tidak menyadari bahwa setiap gerakannya direkam oleh kamera pengawas sejak dia berada di dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruthless Dominion
De TodoDentuman musik bergema, memenuhi ruangan dengan keharmonisan yang begitu nyaring, disertai sorakan riuh penonton yang memperheboh suasana. Namun, pria yang kejam namanya menjadi terhormat ini hanya duduk santai, mata terfokus pada seorang pria berwa...