•
•
•
•
•Javiel merasa dunianya berputar saat bibirnya bersentuhan dengan pria misterius yang berada di hadapannya. Sensasi itu begitu tak terduga, mencampurkan kebingungan dengan getaran yang tak dikenal. Perasaan marah, campuran dengan kebingungan dan kejutan, menyelimuti Javiel. Ia merasa tak bisa bergerak atau berbicara.
Setelah momen singkat yang terasa seperti abad, pria itu akhirnya melepaskan ciumannya. Matanya yang dalam menatap tajam ke mata Javiel yang memandang nya dengan tatapan benci dan kebingungan.
Pria itu tersenyum misterius lagi, sepertinya menikmati kebingungan Javiel. "Apa yang kau pikirkan sekarang, sayang?"
Javiel mencoba menemukan kata-kata, tetapi matanya masih terpaku pada pria misterius ini yang pernah ia temui dalam dua kesempatan yang berbeda, yang masing-masing membawa misteri dan ketidakpastian.
"Siapa... siapa kamu?" bisik Javiel, suaranya serak. Akhirnya, Javiel menanyakan pertanyaan yang telah mengganjalnya.
Pria itu tersenyum, senyuman yang mengandung misteri. "Namaku adalah Damon, Damon Killian Salvatore," ucap pria itu dengan tenang, suara maskulinnya menggema dalam ruangan.
Mata Javiel terbelalak kaget, Salvatore? Ia tak pernah membayangkan hal ini. Orang yang berdiri di depannya adalah pemimpin organisasi bernama Salvatore? Mafia yang terkenal kejam itu. Ini benar-benar di luar dugaannya. Sepertinya ia membuat kesalahan pada malam pertama mereka bertemu, malam di mana ia berani duduk di pangkuannya. Seharusnya ia tidak membiarkan dirinya terpikat! Sial! Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Damon terkekeh kecil melihat reaksi Javiel, mengembalikan kesadarannya dari lamunan yang mendalam. Damon kemudian mencoba mengelus pipi Javiel, namun gerakannya langsung dihindari oleh Javiel.
Javiel menatap Damon dengan penuh kebencian. Ia berpikir bahwa orang yang berada di depannya adalah pria baik saat pertemuan sebelumnya, namun dugaannya salah. Ternyata pria ini adalah seseorang yang bahkan melebihi iblis.
Damon terkekeh sekali lagi, menikmati reaksi yang diberikan oleh Javiel. Ia memandang Javiel dengan tatapan intens. "Aku suka cara pandanganmu padaku sekarang, sayang."
Javiel mengabaikan ucapan Damon, ia masih menatapnya dengan tatapan benci yang dalam. "Kenapa kau melakukan ini?" tanya Javiel akhirnya, suaranya terdengar tajam dan penuh ketidakpercayaan.
"Kenapa aku melakukan ini? Bukankah itu keinginanmu sendiri? Aku melakukan ini untukmu," jawab Damon, suaranya tetap tenang, tetapi mata dinginnya menyelipkan ancaman yang tak terbantahkan.
Namun, kata-kata Damon tidak mengubah ekspresi Javiel. Rasa benci dan kebingungan terus menyelimuti pikirannya, mencoba memahami motif di balik tindakan pria ini. Ia merasa seperti terjebak dalam labirin misteri yang semakin meruncing. Dan di tengah semua kebingungannya, Javiel mulai merasakan ketidaksukaan yang tumbuh terhadap pria yang berada di hadapannya.
"Apa maksudmu, brengsek," desis Javiel dengan suara tegas, meskipun hatinya berdebar kencang menahan rasa takut.
Damon menatap Javiel dengan mata tajam ketika mendengar ucapannya. Tanpa ampun, ia mencengkram dagu Javiel dengan kasar, memaksa Javiel untuk mendongak menatapnya. "Kau pikir setelah kau mendatangiku, kau akan bebas begitu saja? Kau sudah bermain dengan api, Javiel. Kau sudah melakukan kesalahan. Atau mungkin hanya keberuntungan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruthless Dominion
RandomDentuman musik bergema, memenuhi ruangan dengan keharmonisan yang begitu nyaring, disertai sorakan riuh penonton yang memperheboh suasana. Namun, pria yang kejam namanya menjadi terhormat ini hanya duduk santai, mata terfokus pada seorang pria berwa...