•
~ Happy Reading ~
Javiel terbangun dari tidurnya, dan sinar matahari yang masuk dari jendela memberi tahu bahwa hari sudah menjelang siang. Pandangannya beralih ke samping, namun tempat yang semula ditempati oleh Hagel sekarang kosong. Mereka tidur bersama setelah kejadian malam itu, hanya berbagi tidur tanpa melakukan apapun.
Ruang kamar masih dipenuhi dengan keheningan, dan Javiel merenung sejenak. Tiba-tiba, telepon Hagel berdering di meja samping tempat tidur. Javiel mengangkat alis, mencoba meraih ponsel tersebut, namun sebelum ia berhasil, pintu kamar mandi terbuka, dan Hagel muncul dengan penampilan yang rapi.
"Javiel, sudah bangun?" sapa Hagel sambil menyisir rambutnya dengan jari.
Javiel mengangguk pelan, "Iya, ponselmu tadi berdering."
"Apa kau sudah melihatnya?"
"Oh, iya? Aku belum melihatnya," jawab Javiel.
Hagel meraih ponselnya dan memeriksa pesan yang masuk. Ia melihat pesan itu dengan ekspresi serius, dan senyum tipis terukir di bibirnya. Javiel, yang melihat itu, merasa curiga dengan isi pesan tersebut, namun ia memilih untuk tidak bertanya langsung.
"Rencana berubah, aku pikir kita harus membatalkan rencana kita untuk hari ini," ujar Hagel tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Javiel dengan nada yang mencoba menyembunyikan kekecewaan di dalam hatinya.
Hagel sudah berjanji akan menemaninya hari ini tetapi tiba-tiba saja ia membatalkannya setelah menerima pesan misterius itu, jelas membuat Javiel curiga dan sedikit kecewa. Mereka berdua sudah lama tidak bisa menghabiskan waktu bersama, dan ketika momen itu hampir terwujud, kenyataan menampar Javiel dengan keras.
"Ada suatu tempat yang harus aku kunjungi," jawab Hagel. "Jangan mencariku atau mengganggu selama beberapa waktu, baik?"
Meskipun Javiel merasa sesuatu tidak beres, ia memilih untuk tidak menanyakan lebih lanjut dan mengikuti perintah Hagel. Setelah Hagel pergi, Javiel duduk terdiam di kasurnya. Pikirannya dipenuhi oleh kebingungan dan keraguan. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Hagel, namun, tanpa bukti yang jelas, Javiel hanya bisa duduk dan menunggu dengan pertanyaan besar yang menghantuinya.
Javiel bersiap-siap untuk pergi ke luar setelah rencana bersama Hagel dibatalkan. Meskipun hatinya masih terbebani oleh kebingungan, ia memutuskan untuk mengisi waktu kekosongannya dengan melakukan sesuatu yang biasa dia lakukan saat keluarganya masih bersamanya-membaca buku-buku di perpustakaan kota.
Saat melintasi ruang tengah, Javiel secara tak terduga bertemu dengan Gavin, Maverick, dan juga Zander, kekasihnya Maverick yang ikut andil dalam memberikan rencana menghancurkan Damon. Mereka berkumpul di ruang tengah, tampaknya tengah mengobrol tentang sesuatu.
"Hey, Javiel!" sapa zander dengan senyuman ramah. "Lama tidak bertemu. Ada kabar apa?"
Javiel menjawab dengan senyuman tipis, "Halo, kak zander. Kabar baik."
Maverick ikut tersenyum, "Kau tahu, kami sedang membahas rencana untuk malam ini. Mungkin kau ingin ikut?"
Javiel menggeleng pelan, "Maaf, aku punya rencana sendiri, kak."
Gavin, yang sedari tadi diam, segera menyadari bahwa sesuatu tidak beres. "Kau tidak bersama dengan Hagel?" tanyanya sambil menyelipkan senyum licik.
"Dia punya urusan mendadak. Aku berencana pergi ke perpustakaan, mengisi waktu luang."
"Ngomong-ngomong, di mana paman?" Javiel melihat sekeliling dan menyadari keberadaan Callum, pamannya, tidak terlihat di antara mereka.
" Dia sedang ada urusan, jadi dia tidak bisa bergabung bersama kita sekarang," jawab Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruthless Dominion
RandomDentuman musik bergema, memenuhi ruangan dengan keharmonisan yang begitu nyaring, disertai sorakan riuh penonton yang memperheboh suasana. Namun, pria yang kejam namanya menjadi terhormat ini hanya duduk santai, mata terfokus pada seorang pria berwa...